Hari Asyura semestinya menjadi refleksi sejarah, bagaimana dulu "Islam" dimanfaatkan oleh kekuasaan yang haus darah dan memporak-porandakan peradaban manusia. Hanya karena soal kekuasaan politik, lalu massa dimobilisasi untuk menolak atau mengancam hanya demi terpenuhinya nafsu kekuasaan. Rasulullah selalu memberi contoh yang terbaik sehingga harus secara cerdas dimanfaatkan dan diaktualisasikan dalam setiap jengkal kehidupan umat muslim.Â
Menjaga dan menghormati tradisi adalah contoh nyata dari Nabi, sehingga mempertentangkan atau mengecamnya sama saja dengan melawan Rasulullah. Keberadaan patung bukanlah untuk dipertentangkan, tetapi dijaga dan dilestarikan sebagai "tradisi yang baik" selama tak berpengaruh apapun terhadap keyakinan dan ideologi yang kita miliki. Jika masyarakat mentradisikan "nilai-nilai"nya melalui wujud seni patung, maka kita bisa mentradisikan nilai-nilai Islam melalui sikap dan prilaku yang selalu menghormati, menjaga dan memelihara sebagaimana puasa Asyura yang dijalankan Nabi Muhammad.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H