Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Asyura dan Soal Patung Tugu Tani

30 September 2017   11:33 Diperbarui: 30 September 2017   11:43 1259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari Asyura semestinya menjadi refleksi sejarah, bagaimana dulu "Islam" dimanfaatkan oleh kekuasaan yang haus darah dan memporak-porandakan peradaban manusia. Hanya karena soal kekuasaan politik, lalu massa dimobilisasi untuk menolak atau mengancam hanya demi terpenuhinya nafsu kekuasaan. Rasulullah selalu memberi contoh yang terbaik sehingga harus secara cerdas dimanfaatkan dan diaktualisasikan dalam setiap jengkal kehidupan umat muslim. 

Menjaga dan menghormati tradisi adalah contoh nyata dari Nabi, sehingga mempertentangkan atau mengecamnya sama saja dengan melawan Rasulullah. Keberadaan patung bukanlah untuk dipertentangkan, tetapi dijaga dan dilestarikan sebagai "tradisi yang baik" selama tak berpengaruh apapun terhadap keyakinan dan ideologi yang kita miliki. Jika masyarakat mentradisikan "nilai-nilai"nya melalui wujud seni patung, maka kita bisa mentradisikan nilai-nilai Islam melalui sikap dan prilaku yang selalu menghormati, menjaga dan memelihara sebagaimana puasa Asyura yang dijalankan Nabi Muhammad.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun