Ungkapan "dasar ndeso!" Kaesang di salah satu vlog-nya yang saat ini ramai dibicarakan tak pelak lagi menjadi buah bibir yang sedemikian dahsyat di berbagai lini media. Ya, itu karena Kaesang adalah putra Joko Widodo, Presiden RI yang memang sepak-terjangnya selalu saja menjadi sorotan tajam dari sebagian besar masyarakat. Kadangkala, sikap dirinya yang netral-pun, seringkali disalah-persepsikan sebagai bentuk pemihakan kepada kelompok tertentu atau mendapat "arahan" atau "tekanan" dari pihak lain yang sengaja dibuat untuk mendiskreditkan kelompok atau agama tertentu. Posisi Jokowi belakangan memang cukup rumit ditengah kondisi masyarakat yang rentan hasutan oleh "ujaran kebencian" yang menghiasi beragam media sosial. Salah sedikit saja, publik langsung "menghakimi" di media sosial sebagai kesalahan besar yang mungkin sulit termaafkan.
Saya lalu membayangkan, di tengah rumitnya kondisi masyarakat belakangan ini, adakah mereka yang terpilih menjadi pribadi-pribadi yang luhur yang tak mudah tersulut emosi, tak mudah berkata-kata kotor, menghujat, mencaci apalagi saling mengumbar kebencian? Saya menyadari, sulit menjadi "umat pilihan" sebagaimana Rasulullah dulu pernah mengungkapkan di hadapan sekian banyak sahabatnya, bahwa hanya terdapat beberapa orang sebagai pribadi terpilih dalam beberapa kurun waktu tertentu. Sebagai pribadi pilihan, tentu saja mereka memiliki sekian banyak karakter yang membedakan mereka dari kebanyakan manusia pada umumnya.
Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani menyebutkan, bahwa disetiap kurun waktu tertentu, terdapat beberapa orang "terpilih" yang selalu hadir saling menggantikan, menjadi pribadi-pribadi istimewa yang hadir di tengah-tengah umat. Para sahabatpun heran dan bertanya, "tunjukkan siapa mereka wahai Rasulullah?".
Beliau menjawab, "mereka adalah orang yang memaafkan siapapun yang berbuat zalim kepada mereka (ya'fuuna), berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk kepada mereka (yuhsinuuna), dan saling memberi nasehat yang baik kepada sesama sesuai dengan yang diperintahkan Tuhan kepada mereka (yatawasuuna)". Rasa-rasanya sangat berat mengemban misi umat terbaik versi pilihan Rasulullah ini, karena memang sesuatu yang paling baik, selalu terpilih dari sekian banyak pilihan yang tentunya berjumlah tidak banyak. Jadi, kita tinggal memilih, mau jadi umat pilihan dan pribadi terpilih sebagaimana Rasulullah gambarkan, atau memang kita enggan dan lebih memilih membiarkan nafsu kita bergerak liar. Wallahu 'alam bisshawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H