Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Beriman Kepada Internet di Era Pasca-Kebenaran

6 Juli 2017   13:57 Diperbarui: 7 Juli 2017   08:05 1040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir seluruh informasi yang disodorkan adalah dari internet yang mungkin tak pernah diverifikasi sebelumnya kepada pihak lain agar diperoleh sebuah fakta kebenaran yang lebih obyektif. Jika dalam ajaran Islam rukun iman disebut hanya ada enam, maka di era saat ini jumlahnya bertambah menjadi tujuh, yakni "beriman kepada internet" yang diyakini sebagai sebuah kebenaran agama.

Dalam ajaran Islam, terminologi iman secara klasik dapat didefinisikan sebagai "tashdiqu bi al-qobi wa a'maalu bi al-arkaan" (membenarkan dalam hati dan mengimplementasikannya dengan perbuatan) sehingga model keimanan kepada internet di era pasca-kebenaran akan tampak sebagai bentuk rukum iman yang ketujuh yang diyakini kebenarannya dan sekaligus diimplementasikan dalam kehidupannya sehari-hari. 

Fenomena ini semakin mengental di tengah masyarakat muslim Indonesia, sehingga wajar jika kemudian mucul tuduhan-tuduhan yang meyakitkan yang harus diterima kalangan muslim lainnya---karena tidak beriman kepada internet---sebagai pihak yang "kafir" atau bahkan "thogut". Parahnya lagi, tuduhan-tuduhan-pun sudah menyasar para ulama yang memiliki otorisasi dalam bidang keislaman, hanya gara-gara soal opini publik yang dibentuk oleh kebenaran internet yang diimani. 

Kita nampaknya perlu mereformasi iman kita, agar internet hanya dimanfaatkan sebagai alternatif kebenaran, bukan tolok ukur kebenaran itu sendiri. Iman membutuhkan obyektifitas melalui prinsip tabayyun, sebagaimana yang diajarkan oleh nabi kita, Ibrahim AS.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun