Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Persekusi dan Watak Fanatisme

31 Mei 2017   14:58 Diperbarui: 31 Mei 2017   15:01 1781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam hal ini saya sepakat dengan ungkapan Presiden Jokowi, dimana masa 19 tahun Reformasi bangsa ini dalam kekosongan, sehingga ada pihak-pihak lain yang selama ini “mengisi” kekosongan tersebut. Walaupun saya tidak begitu memahami, yang dimaksud “kosong” oleh Jokowi apakah ideologi, semangat kebangsaan, nilai-nilai kebersamaan atau hal lain, seperti ideologi negara yang dilupakan atau kebhinekaan yang kurang dianggap. Namun yang jelas, maraknya sikap fanatisme kekelompokan telah membuat bangsa ini terkotak-kotak sehingga wajar muncul polarisasi yang tajam dalam pemaknaan reformasi ini. Kekosongan selama 19 tahun reformasi ternyata diisi oleh fanatisme berlebihan, baik oleh kelompok agama, politik atau primordial, sehingga menuntut pemerintah bertindak cepat, “menggebuk” lebih dahulu sebelum fanatisme “mematok” kemudian.

Wallahu a'lam bisshawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun