Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jenazah Pendukung Ahok Tidak Dishalatkan?

12 Maret 2017   12:38 Diperbarui: 13 Maret 2017   06:00 1058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejarah ini seharusnya menjadi semacam pelajaran yang semestinya diambil oleh kelompok-kelompok tertentu yang terlalu berlebihan soal perbedaan pilihan politik dalam masyarakat. Padahal, sesungguhnya berlebihan dalam agama, jelas dilarang oleh Rasulullah karena akan sangat berbahaya. 

Agama itu mudah, janganlah kamu berlebihan dalam beragama, karena (jika berlebihan) agama-lah yang akan menguasai kamu” (al-diinu yusru, wa laa yusaadda al-ddina illa gholabahu) (HR Bukhori). Bagi saya, hal ini jelas telah mempersulit agama, dengan menyebarkan anggapan bahwa jenazah seorang muslim pendukung penista agama tidak perlu disholatkan atau didoakan. Padahal, sudah sejak 15 abad yang lalu, Rasulullah mengingatkan bahwa agama yang paling disukai Tuhan adalah agama yang cenderung kepada kebaikan (al-hanifiyah) dan menghargai setiap perbedaan kecenderungan yang ada (al-samhah)”.

Inilah dengan demikian, jika seandainya benar bahwa ada ulasan media yang menyebut ada seorang nenek bernama Hindun yang meninggal, jenazahnya tidak disholatkan di bilangan Setia Budi, Jakarta Selatan, karena memiliki pilihan politik yang berbeda, sungguh ini sebuah hal yang sangat berlebihan dan mengada-ada. Dasar yang kemudian digunakan sebagai pembenaran keagamaan atas tidak mensholatkannya jenazah seseorang karena perbedaan pilihan politik, terlebih dihukumi sebagai orang fasiq, terlebih munafiq, justru telah mengabaikan teladan dari Rasulullah sendiri,

 yang pernah menyolatkan jenazah Ibnu Ubay yang seorang gembong munafiq. Sungguh, Nabi Muhammad saw merupakan cermin suri tauladan umat yang sangat menghargai manusia dan mengangkat derajat kemanusiaan dengan penuh kasih sayang. Bahkan pernah suatu hari ada jenazah orang Yahudi yang lewat, seketika itu Rasulullah berdiri untuk sekedar menghormatinya dengan menyatakan, “Mereka adalah mahluk Tuhan sama seperti kita, hormatilah sesama makhluk ciptaan-Nya”.   

Wallahu a'lam bisshawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun