Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fiqh Tamyiz dalam Pilihan Politik

8 Februari 2017   14:37 Diperbarui: 8 Februari 2017   14:40 1260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kecenderungan individu dalam ikut serta menyelesaikan persoalan bangsa dan negara disini akan tampak sebagai sebuah “keyakinan” untuk menjatuhkan pilihannya melalui suara yang mereka berikan kepada salah satu kontestan bahkan bisa merekomendasikan pilihan politiknya kepada orang lain. Lagi-lagi, soal pilihan politik sangat tergantung dari “keyakinan” walaupun motivasi memilih yang didapat dari hasil rekaman image politik secara kognitif juga memiliki peran.    

Jika konsep Fiqh Tamyiz didasarkan pada “ilham” sebagai media untuk menentukan pilihan mana yang baik dan mana yang buruk walaupun masih semu karena terdapat keraguan didalamnya, maka sama halnya dengan pilihan politik yang didasarkan pada kekuatan image. Dengan adanya image yang kuat pada seorang kontestan atau parpol, justru akan menghilangkan keragu-raguan setiap orang untuk menentukan pilihan politiknya. 

Lemahnya image berarti sebaliknya, akan menimbulkan keraguan dalam benak masyarakat untuk menentukan pilihannya atau tidak. Dengan demikian, “ilham politik” justru akan menentukan seseorang kepada siapa pilihan politiknya dengan konsekuensi terhadap pilihannya masing-masing. Dalam konteks pilihan politik misalnya, maka keyakinan memilih kontestan dengan “image buruk” justru akan mendatangkan keburukan dan persoalan bangsa dan negara yang tak terselesaikan, sedangkan memilih kontestan dengan “image baik” tentu saja akan mendatangkan kebaikan dan terselesaikannya persoalan-persoalan dalam masyarakat.

Saya kira, “ilham” yang tertanam dalam keyakinan seseorang pada dasarnya akan cenderung memilih jalan yang baik, walaupun kadang-kadang karena adanya motivasi tertentu atau latar belakang tertentu seseorang justru memilih “jalan yang buruk”. Sama halnya dengan soal pilihan politik, seseorang dengan keyakinannya bisa menjatuhkan pilihannya kepada yang baik atau buruk sesuai dengan nilai, norma dan keyakinan yang melingkupi pemilih masing-masing. 

Jadi, saya kira, biarkanlah masyarakat memilih berdasarkan keyakinan terhadap pilihannya masing-masing, terlebih ini adalah soal pilihan politik. Konsep Fiqh Tamyiz jelas mengarah kepada soal pilihan mana yang baik dan mana yang buruk berdasarkan keyakinan dan pilihan politik tidak jauh berbeda, akan mampu membedakan mana pilihan yang baik dan mana pilihan yang buruk sesuai dengan keyakinan masing-masing.  

Wallahu a'lam bisshawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun