Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Ibu Sentris" dalam Pemaknaan Sosial

22 Desember 2016   14:12 Diperbarui: 22 Desember 2016   14:24 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadikan “Ibu Kota” sebagai contoh dan teladan bagi daerah-daerah sekitarnya akan berdampak kebaikan berbeda ketika justru Ibu Kota memberikan contoh tidak baik yang justru memiliki efek “meniru” bagi daerah-daerah yang lainnya. Demikian dengan seorang ibu yang melahirkan anak-anaknya yang senantiasa mendapat penghormatan dan penghargaan karena seorang ibu juga fokus dalam mendidik dan membesarkan anak-anak mereka. Seorang ibu yang hebat sudah tentu menghasilkan anak yang hebat pula, begitupun sebaliknya. Disinilah saya kira makna “ibu sentris” yang sangat berpengaruh terhadap maju mundurnya peradaban kemanusiaan.

Saya teringat akan sebuah adagium Arab, “Anisaau ‘imaadul bilad, idza sholuhat sholuhal bilaad wa idza fasadat fasadal bilaad” (ibu adalah tiang negara, ketika ia baik maka baiklah negara, ketika ia rusak, maka rusak pulalah negara). Peran dan fungsi ibu tidak hanya berdampak pada keluarga kecil yang dimilikinya, tetapi jauh lebih besar, dimana negara justru bisa maju dan kuat ketika peran dan fungsi seorang ibu bisa membawa kebaikan dan manfaat untuk negaranya. 

Mengapa demikian? Kita tentu bisa melihat bahwa kerusakan dan dekadensi moral anak-anak saat ini justru karena peran para ibu yang kurang baik terhadap anak-anaknya. Maka wajar, jika generasi seperti ini justru pada akhirnya berpengaruh terhadap jatuh-bangunnya sebuah bangsa dan negara dan itu merupakan akibat gagalnya peran sentral seorang ibu dalam keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun