Menjadikan “Ibu Kota” sebagai contoh dan teladan bagi daerah-daerah sekitarnya akan berdampak kebaikan berbeda ketika justru Ibu Kota memberikan contoh tidak baik yang justru memiliki efek “meniru” bagi daerah-daerah yang lainnya. Demikian dengan seorang ibu yang melahirkan anak-anaknya yang senantiasa mendapat penghormatan dan penghargaan karena seorang ibu juga fokus dalam mendidik dan membesarkan anak-anak mereka. Seorang ibu yang hebat sudah tentu menghasilkan anak yang hebat pula, begitupun sebaliknya. Disinilah saya kira makna “ibu sentris” yang sangat berpengaruh terhadap maju mundurnya peradaban kemanusiaan.
Saya teringat akan sebuah adagium Arab, “Anisaau ‘imaadul bilad, idza sholuhat sholuhal bilaad wa idza fasadat fasadal bilaad” (ibu adalah tiang negara, ketika ia baik maka baiklah negara, ketika ia rusak, maka rusak pulalah negara). Peran dan fungsi ibu tidak hanya berdampak pada keluarga kecil yang dimilikinya, tetapi jauh lebih besar, dimana negara justru bisa maju dan kuat ketika peran dan fungsi seorang ibu bisa membawa kebaikan dan manfaat untuk negaranya.
Mengapa demikian? Kita tentu bisa melihat bahwa kerusakan dan dekadensi moral anak-anak saat ini justru karena peran para ibu yang kurang baik terhadap anak-anaknya. Maka wajar, jika generasi seperti ini justru pada akhirnya berpengaruh terhadap jatuh-bangunnya sebuah bangsa dan negara dan itu merupakan akibat gagalnya peran sentral seorang ibu dalam keluarga.