Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Doa Politik Ahok

13 Desember 2016   13:52 Diperbarui: 13 Desember 2016   14:07 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun demikian, ungkapan doa dan permintaan maaf yang dilakukan Ahok pada momen Maulid Nabi Muhammad tak bisa dilepaskan dari nuansa politis yang saat ini mengitarinya. Ahok, paling tidak, sedang membangun kembali image politik dirinya dihadapan warga Jakarta yang sejauh ini dinilai “terpuruk” jelang perhelatan politik pada Februari 2017 mendatang. Saya kira, Ahok mungkin saja sedang menjalankan strategi refocussing dimana perhatian masyarakat yang selama ini mencitrakan negatif kepada dirinya, justru sedikit demi sedikit digeser untuk membangun kembali citra baik dirinya dihadapan publik.

Inilah kenapa kemudian, saya berasumsi bahwa “doa politik” yang dilakukan Ahok berkait erat dengan pembangunan kembali image dirinya di depan masyarakat, terutama masyarakat muslim yang ada di Jakarta. Saya kira, ini adalah strategi positif dalam sebuah momentum yang tepat, yaitu memohon maaf, berdoa dan minta didoakan untuk segala kemudahan dirinya, baik dalam menjalani proses persidangan maupun kontestasi politik Pilkada Jakarta.

Doa merupakan ucapan terbaik seseorang yang diungkapkan, terutama dalam proses dialogis dengan Tuhan. Doa merupakan permohonan seseorang kepada Tuhan, sehingga tidak harus dilihat melalui sudut doktrinasi agama apapun. Doa merupakan puncak dari “kepasrahan” seseorang kepada Tuhan, sehingga bentuk keikhlasan dalam berdoa tidak bisa diketahui oleh siapapun, karena itu merupakan bagian dari wilayah Ketuhanan.

Bahkan dalam ajaran Islam, doa yang diterima bukan karena seseorang itu fasih melafalkan bahasa Arab, atau kedudukannya sebagai ustadz, ulama atau kyai, tetapi doa merupakan “persambungan hati” (yattashilu bi ruuhihi ilallah) antara dirinya dengan Tuhan tanpa dibatasi oleh kedudukan seseorang. Menusia hanya diperintahkan berdoa, karena sebagai bukti bahwa dirinya lemah dan tak berdaya dihadapan Tuhan Yang Maha Kuat.

Wallahu a’lam bisshawab  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun