Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Demo 4 November Ini Efek Diblokirnya Situs Radikal?

4 November 2016   12:57 Diperbarui: 4 November 2016   18:15 1041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situs-situs yang diblokir karena diduga memuat konten terkait radikalisme. (Kompas)

Dengan demikian, pemerintah seyogyanya bertindak pro-aktif secara simultan memberikan pendidikan literasi media kepada publik, bukan hanya sekedar memblokir situs-situs yang dalam pandangan mereka “radikal”. Diblokirnya beberapa situs “radikal” yang justru dihubungkan dengan aksi 4 November saat ini justru semakin terlihat kontraproduktif karena pada akhirnya realitas kita terbelah dalam hal akses media terutama daring, antara mereka yang cenderung menggunakan situs-situs pro aksi dan situs-situs yang mereka dianggap kontra aksi. Tidak hanya itu, media pun justru terlihat semakin terbelah bahkan semakin ekstrem, mempertontonkan framing yang pro dan sekaligus kontra. 

Jika seandainya pemerintah mampu menjalankan serangkaian aktivitas literasi media kepada publik, dengan sendirinya publik akan dipahamkan terhadap mana informasi yang dapat dipilih dan dipertanggungjawabkan dan mana yang justru sekedar provokasi yang membahayakan. Dengan sendirinya, tentu situs-situs tertentu yang memuat konten-konten tertentu yang dianggap memicu SARA atau sentimen radikalisme-ekstremisme akan semakin ditinggalkan masyarakat. Sudah seharusnya bahwa pemerintah juga dapat diposisikan sebagai “penyeimbang” terhadap terbelahnya realitas sosial dalam kubu pro dan kontra. Semoga hal ini selalu menjadi pelajaran terbaik bagi kita, khususnya pemerintah, untuk lebih mempertimbangkan aspek-aspek tertentu, terutama soal bagaimana membendung arus radikalisme-ekstremisme yang saat ini justru semakin hidup dan berkembang.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun