Saya kira, para politisi yang sedang “bersolek” di perhelatan kontestasi itu berangkat dari banyak kepentingan yang justru akan memperjuangkan kepentingan mana yang lebih banyak menguntungkan buat mereka. Saya kira, politisi lebih banyak bermain pada logika keekonomian dibanding logika keagamaan sebagaimana yang dibela oleh para pendukungnya. Saya kira, menempatkan agama sebagai nilai-nilai kebaikan yang dapat membimbing manusia selalu bersikap adil adalah lebih baik, daripada melegitimasi agama untuk kepentingan politik kekuasaan.
Sebagai penutup tulisan ini, saya justru teringat akan pendapat seorang ulama besar, Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyyah yang menyatakan, “Inna Allah yuqim al-daulah al’adilah wa in kanat kafirah, wala yuqim al-zhalimah wa in kanat muslimah (Allah mendukung pemerintahan adil sekalipun kafir, dan tidak mendukung pemerintahan zalim sekalipun Muslim). Semoga prinsip-prinsip keadilan bisa menjadi tolok ukur untuk melihat sejauh mana pilihan-pilihan kita kepada calon pemimpin. Pilihlah pemimpin yang mampu memberikan rasa keadilan kepada masyarakat dan lawanlah pemimpin-pemimpin yang telah terbukti berbuat dzalim kepada masyarakat.
Wallahu a’lam bisshawab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H