Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ada Kepentingan Bisnis Asing di Balik Wacana Naiknya Harga Rokok?

22 Agustus 2016   12:30 Diperbarui: 22 Agustus 2016   12:44 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sama halnya dengan gerakan “anti rokok” dan wacana menaikkan harga rokok yang baru menguat sekitar 2 atau 3 tahun yang lalu, padahal industri rokok sudah semakin besar dan memberikan kontribusi terhadap negara trilyunan rupiah. Jangan-jangan dibalik seluruh kampanye yang menyuarakan anti rokok sudah ditunggangi kepentingan asing yang berkeinginan menguasai bisnis tembakau yang cukup menjanjikan di Indonesia. Kampanye tentang kebaikan untuk tidak merokok bahkan dianggap sebagai “corong” kapitalisasi industri sampai-sampai seorang budayawan kawakan menyebut mereka yang beretorika menggalang anti rokok sebagai “nabi-nabi palsu” di era kapitalisme modern seperti saat ini.

Meskipun demikian, saya tidak memiliki kepentingan apa-apa terhadap murah atau mahalnya harga rokok di Indonesia. Karena ketika rokok mahal sekalipun, pasti masih ada cara lain untuk mengakali harga rokok yang melambung tinggi. Sampai banyak juga yang mengkhawatirkan justru akan banyak bermunculan rokok-rokok “palsu” yang dijual murah kepada masyarakat.

 Bahkan yang lebih parah lagi, rokok-rokok akan ditimbun mulai sekarang, sama halnya dengan kasus ketika BBM akan naik, para pengusaha “abal-abal” kemudian memanfaatkan situasi demi mengeruk keuntungan secara pribadi, menimbun dan menjual harga rokok ketika harganya sudah meroket. Marilah berfikir cerdas dan bijak, bahwa rokok bukan biang keladi dari meningkatnya realitas kemiskinan dalam masyarakat Indonesia, tetapi masih banyak hal-hal lain yang memicu mengapa tingkat kemiskinan di Indonesia susah sekali mengalami penurunan.

Wallahu a’lam bisshawab

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun