Keluarga harus menjadi katalisator dalam mencegah pemahaman radikal terhadap setiap anggota di dalamnya tidak bersikap masa bodoh atau bahkan sampai tidak mengetahui jika ada salah satu anggota keluarganya yang mulai memiliki pemahaman radikal yang berlebihan. Saat ini, memang ada upaya-upaya pencegahan radikalisme-terorisme yang dibangun oleh unsur-unsur tokoh kegamaan, masyarakat dan pemerintah, hanya saja lingkupnya masih terbatas, tidak sampai menyentuh akar rumput dalam masyarakat.
Saya kira, operasi pemberantasan radikalisme-terorisme yang terus digalakan aparat pemerintah tidak juga bersikap berlebihan yang justru dikemudian hari semakin menambah lahirnya bentuk-bentuk radikalisme baru akibat arogansi aparat berwenang terhadap pemberantasan terorisme. Membangun sinergi antarunsur masyarakat yang lebih proaktif dalam mencegah paham-paham ekstrimis-radikal justru akan lebih mudah untuk mendeteksi secara dini sekaligus membendung mudahnya paham radikal menjalar dalam masyarakat. Dalam bentuk apapun, kegiatan radikalisasi yang melahirkan gerakan terorisme tidak pernah dibenarkan dan tidak mendapat pembenaran dalam agama apapun.Â
Hanya saja, mindset radikal yang berasal dari pemahaman keagamaan yang salah, perlu diarahkan dan diperbaiki sehingga tidak terlalu jauh melenceng dari pemahaman yang sebenarnya. Penumpasan kelompok teroris pimpinan Santoso baru merupakan langkah pembuka dalam pemberantasan terorisme lainnya yang mungkin saja belum menjadi sebuah kelompok, tetapi masih berupa benih-benih radikalisme yang harus dicegah secara proaktif oleh masyarakat dan pemerintah.
Wallahu a'lam bisshawab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H