Dalam banyak hal, bulan Ramadhan banyak mendorong manusia untuk lebih peka, lebih sabar dan lebih sering berkomunikasi dengan masyarakat, keluarga dan lingkungan sekitarnya. Bulan Ramadhan tampak akan lebih hidup dengan nuansa-nuansa sosial-religius yang dibangun oleh mereka yang berpuasa.
Hal ini dapat dilihat oleh munculnya tradisi “buka puasa” yang dilakukan secara bersama-sama, adanya manusia-manusia yang muncul lebih dermawan, masjid-masjid akan tampak ramai dan riuh bahkan sampai malam hari dan masih banyak sisi kehidupan sosial masyarakat yang tercipta oleh kedatangan bulan Ramadhan.
Belum lagi diramaikan oleh acara-acara TV yang tentu memperpanjang jam tayangnya selama bulan suci dengan beragam acara dari mulai sinetron, musik, talkshow, diskusi bahkan komedi semuanya bernuansa religius. Sosialitas dan religiusitas seperti yang tempak pada bulan Ramadhan tidak pernah kita jumpai lagi di bulan-bulan lainnya.
Jadi, momen datangnya bulan suci, harus dimulai dengan mensucikan diri kita dari berbagai khilaf, salah dan dosa yang sering kita perbuat. Meminta maaf kepada sesama adalah perintah dari agama dan itulah awal pensucian diri kita. Karena, ketika kita termaafkan, beban di hati akan kesalahan bisa berkurang bahkan hilang sehingga secara spiritual hati kita yang selama ini menjadi cermin dari perbuatan kita sehari-hari telah tersucikan oleh kondisi saling memaafkan.
Memang, meminta maaf itu hal yang mudah, tetapi memaafkan bisa menjadi hal yang sangat sulit bagi seseorang. Di bulan yang suci yang segera kita temui ini, marilah lepaskan beban dalam diri kita yang selama ini selalu mengganjal, melaui tradisi saling memaafkan. Selamat Berpuasa!