Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Puasa dan Keyakinan Manusia

25 Mei 2016   07:06 Diperbarui: 25 Mei 2016   21:20 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada orang yakin kepada Tuhan bahwa Dia adalah penciptanya, tetapi kemudian tidak lagi punya hubungan dengan-Nya, ibarat tukang jam yang setelah selesai memperbaiki jam tersebut, maka mekanisme berjalannya jam diserahkan secara otomatis kepada jam itu sendiri. Ada juga yang yakin kepada Tuhan, tetapi seringkali mengindahkan perintah-perintah-Nya. Seperti misalnya orang tahu bahwa korupsi itu dibenci dan dilarang Tuhan, tetapi orang tetap saja melakukannya. Ada juga yang memiliki keyakinan sepenuhnya kepada Tuhan seraya taat menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya.

Oleh karena itu, puasa memiliki keterkaitan erat dengan keyakinan manusia. Keyakinan yang timbul dan dapat mendorong keberhasilan dan kesuksesan seseorang dalam hal meneladani sifat-sifat Ketuhanan. Berpuasa tidak lain adalah proses meneladani sifat-sifat Ketuhanan, sebab misi ketakwaan yang hendak dicapai oleh seseorang yang berpuasa menempatkan dia  pada tempat yang dekat dengan Tuhannya. 

Untuk dapat dekat dengan Tuhan, tentu seseorang harus senantiasa meneladani sifat-sifat Ketuhanan, seperti sabar, menahan nafsu, tidak mudah marah, pemaaf atau tidak berkata-kata kasar apalagi memfitnah atau berbohong. 

Semua sifat-sifat kemanusiaan yang cenderung merusak “dipaksa” untuk berhenti selama berpuasa. Untuk dapat menggerakkan seseorang mampu meneladani sifat-sifat Ketuhanan adalah keyakinan dan puasa adalah salah satunya.

Wallahu a’lam bisshawab    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun