Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kendala dan Tantangan Belanja Dapur Online

2 Februari 2025   09:27 Diperbarui: 2 Februari 2025   09:27 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemajuan teknologi telah memberikan dampak besar terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk dalam pola konsumsi harian. Salah satu tren yang berkembang adalah belanja kebutuhan pokok secara online, khususnya sayur, daging, dan buah-buahan. Survei yang dilakukan oleh Populix terhadap 1.273 responden mengungkapkan dinamika menarik terkait kebiasaan belanja konsumen Indonesia, yang mencerminkan pergeseran perilaku dari cara tradisional menuju platform digital.

(Sumber data: Populix. Data diolah. Dokumen pribadi)
(Sumber data: Populix. Data diolah. Dokumen pribadi)

Pasar Tradisional Masih Mendominasi

Data survei menunjukkan bahwa 77% responden masih mengandalkan pasar tradisional sebagai tempat utama untuk membeli sayur, daging, dan buah-buahan. Sementara itu, supermarket hanya digunakan oleh 15% konsumen, dan warung atau tukang sayur keliling oleh 8%. Angka ini memberikan gambaran yang jelas bahwa pasar tradisional tetap menjadi tulang punggung bagi kebutuhan bahan pokok masyarakat. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti harga yang lebih terjangkau, interaksi sosial yang lebih akrab, serta akses terhadap bahan segar yang relatif lebih mudah.

(Sumber data: Populix. Data diolah. Dokumen pribadi)
(Sumber data: Populix. Data diolah. Dokumen pribadi)

Namun, dominasi pasar tradisional ini mulai menghadapi tantangan dari platform digital. Hanya 4 dari 10 responden yang mengaku pernah berbelanja kebutuhan sayur, daging, dan buah secara online. Meski demikian, angka ini tetap menunjukkan potensi pasar yang besar bagi aplikasi belanja online, terutama jika mereka mampu menjawab kekhawatiran konsumen terkait kualitas produk dan efisiensi layanan.

Karakteristik Pengguna Belanja Online

Dalam survei Populix, mayoritas pengguna belanja online adalah perempuan (64%) dibandingkan laki-laki (36%). Segmen usia yang mendominasi adalah kelompok muda, yakni 18-24 tahun (43%) dan 25-30 tahun (32%). Data ini mengindikasikan bahwa generasi muda lebih adaptif terhadap teknologi dan cenderung mencari solusi praktis melalui aplikasi belanja online. Selain itu, mayoritas pengguna berasal dari kelas sosial ekonomi atas (50%), diikuti oleh kelas menengah (35%) dan bawah (15%).

(Sumber data: Populix. Data diolah. Dokumen pribadi)
(Sumber data: Populix. Data diolah. Dokumen pribadi)

Fakta ini mencerminkan bahwa layanan belanja online saat ini masih terkonsentrasi pada segmen masyarakat dengan daya beli yang lebih tinggi. Untuk menjangkau pasar yang lebih luas, aplikasi belanja online perlu merancang strategi inklusif, seperti menyediakan opsi harga yang kompetitif atau subsidi pengiriman ke daerah-daerah dengan akses terbatas.

Happy Fresh dan Sayurbox: Pemimpin Pasar

Dari survei yang melibatkan 492 responden, Happy Fresh dan Sayurbox mendominasi sebagai aplikasi belanja online paling populer, masing-masing digunakan oleh 55% dan 33% konsumen. Keberhasilan kedua aplikasi ini tidak lepas dari strategi mereka dalam menawarkan promo menarik dan gratis ongkos kirim -- dua faktor yang diutamakan oleh konsumen berdasarkan survei. Promo menjadi daya tarik utama bagi 42% responden, sedangkan gratis ongkir dipilih oleh 28% konsumen. Di sisi lain, pengemasan aman dan kecepatan pengiriman hanya menjadi pertimbangan bagi 12% dan 7% konsumen.

(Sumber data: Populix. Data diolah. Dokumen pribadi)
(Sumber data: Populix. Data diolah. Dokumen pribadi)

Kesuksesan Happy Fresh dan Sayurbox juga mencerminkan pentingnya memahami kebutuhan dan preferensi konsumen. Sebagai contoh, konsumen tidak hanya mencari kemudahan, tetapi juga harga yang kompetitif dan jaminan produk berkualitas. Aplikasi belanja online lain, seperti TaniHub (4%) dan Brambang (2%), masih memiliki jalan panjang untuk memperluas pangsa pasar mereka.

Kendala dan Tantangan

Meskipun menawarkan berbagai kelebihan, belanja online masih dihadapkan pada sejumlah kendala. Sebanyak 27% responden mengeluhkan bahwa sayur yang mereka terima tidak segar atau tidak sesuai ekspektasi. Persentase yang sama menyebutkan bahwa barang yang dicari sering kali tidak tersedia. Selain itu, 24% konsumen merasa harga di platform online cenderung lebih mahal dibandingkan pasar tradisional, sementara 19% menyebut ongkos kirim sebagai kendala utama.

(Sumber data: Populix. Data diolah. Dokumen pribadi)
(Sumber data: Populix. Data diolah. Dokumen pribadi)

Tantangan-tantangan ini menunjukkan bahwa aplikasi belanja online perlu meningkatkan kualitas layanan mereka. Transparansi informasi mengenai asal-usul produk, jaminan kesegaran, serta sistem logistik yang efisien dapat menjadi solusi untuk mengatasi kekhawatiran konsumen. Selain itu, subsidi ongkos kirim atau penghapusan biaya pengiriman pada pembelian tertentu dapat menjadi langkah strategis untuk menarik lebih banyak pengguna.

Praktis, Namun Tidak Sempurna

Kepraktisan menjadi alasan utama konsumen memilih belanja online. Sebanyak 53% responden menyatakan bahwa mereka beralih ke aplikasi belanja karena tidak perlu keluar rumah. Alasan lain yang mendukung keputusan ini adalah adanya promo menarik (22%) serta keterbatasan waktu untuk berbelanja di luar (10%). Namun, meski menawarkan kepraktisan, layanan belanja online masih memiliki ruang untuk perbaikan, khususnya dalam aspek kualitas produk dan konsistensi layanan.

(Sumber data: Populix. Data diolah. Dokumen pribadi)
(Sumber data: Populix. Data diolah. Dokumen pribadi)

Rekomendasi bagi Penyedia Layanan

Untuk meningkatkan adopsi layanan belanja online, ada beberapa rekomendasi yang dapat dipertimbangkan oleh para penyedia layanan:

(Sumber data: Populix. Data diolah. Dokumen pribadi)
(Sumber data: Populix. Data diolah. Dokumen pribadi)
  1. Peningkatan Kualitas Produk: Memastikan kesegaran produk melalui kerja sama dengan pemasok lokal yang terpercaya, serta menyediakan opsi pengemasan yang menjaga kualitas produk selama pengiriman.
  2. Strategi Harga dan Promo: Menawarkan harga yang kompetitif dengan pasar tradisional, disertai dengan promo yang relevan bagi konsumen. Misalnya, diskon khusus untuk pembelian rutin atau bundling produk.
  3. Optimalisasi Logistik: Mengembangkan jaringan logistik yang lebih efisien untuk mempercepat pengiriman dan mengurangi biaya operasional.
  4. Edukasi Konsumen: Memberikan informasi yang jelas tentang produk, seperti asal-usul, masa simpan, dan cara penyimpanan, untuk meningkatkan kepercayaan konsumen.
  5. Diversifikasi Layanan: Menambah fitur-fitur baru, seperti penjadwalan belanja otomatis atau rekomendasi produk berdasarkan riwayat pembelian, untuk meningkatkan kenyamanan pengguna.

Masa Depan Belanja Online

Potensi pertumbuhan belanja online untuk kebutuhan pokok sangat besar, terutama dengan meningkatnya penetrasi internet dan adopsi teknologi di kalangan masyarakat Indonesia. Namun, keberhasilan sektor ini bergantung pada kemampuan penyedia layanan untuk memahami kebutuhan konsumen dan memberikan solusi yang sesuai. Dengan mengatasi kendala seperti kualitas produk, ketersediaan barang, dan biaya pengiriman, aplikasi belanja online dapat menjadi pilihan utama bagi konsumen di masa depan.

(Sumber data: Populix. Data diolah. Dokumen pribadi)
(Sumber data: Populix. Data diolah. Dokumen pribadi)

Sebagai pengamat ekonomi, saya melihat bahwa ekosistem belanja online di Indonesia memiliki peluang untuk berkembang pesat. Namun, diperlukan kolaborasi antara penyedia layanan, pemasok, dan konsumen untuk menciptakan sistem yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan data dari survei seperti yang dilakukan oleh Populix, para pelaku industri dapat merancang strategi yang lebih efektif untuk memenangkan persaingan di pasar yang semakin kompetitif.

(Sumber data: Populix. Data diolah. Dokumen pribadi)
(Sumber data: Populix. Data diolah. Dokumen pribadi)

***

Belanja sayur, daging, dan buah-buahan secara online menawarkan kepraktisan yang tak terbantahkan, tetapi juga membawa tantangan baru yang harus diatasi. Survei Populix memberikan gambaran yang jelas tentang preferensi, harapan, dan kekhawatiran konsumen. Dengan memahami dan merespons data ini, penyedia layanan dapat menciptakan pengalaman belanja yang lebih baik, sekaligus memanfaatkan peluang pertumbuhan di pasar digital. Bagi konsumen, pilihan ada di tangan Anda: tetap setia pada pasar tradisional, atau mencoba kemudahan belanja online yang semakin canggih.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun