Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Fenomena Penurunan Harga Teknologi, Paradoks atau Seleksi Alam?

30 Januari 2025   11:10 Diperbarui: 30 Januari 2025   10:35 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi teori ekonomi dan teknologi. (Sumber: Freepik.com)

Dua dekade lalu, masyarakat harus merogoh kocek sebesar Rp20.000 untuk memperoleh paket data 20 MB. Kini, dengan nominal yang sama, pelanggan dapat menikmati akses internet hingga puluhan gigabyte. Fenomena serupa juga terjadi pada smartphone, yang pada awal dekade 2010 masih mendominasi pasar dengan harga Rp5 hingga Rp10 juta untuk model flagship, sementara kini dengan Rp2 juta, konsumen sudah dapat memiliki perangkat dengan spesifikasi mumpuni. Penurunan harga ini bukan sekadar dinamika pasar biasa, melainkan manifestasi dari berbagai teori ekonomi dan teknologi yang telah dikemukakan oleh para pemikir besar dalam sejarah.

Hukum Moore dan Efisiensi Produksi

Fenomena ini pertama-tama dapat dijelaskan melalui Hukum Moore, yang dikemukakan oleh Gordon Moore pada 1965. Ia memperkirakan bahwa jumlah transistor dalam sebuah chip akan berlipat ganda setiap dua tahun, yang secara langsung menurunkan harga per unit performa. Ini tidak hanya berlaku dalam sektor semikonduktor, tetapi juga berdampak luas pada industri elektronik lainnya, termasuk smartphone dan infrastruktur telekomunikasi.

Menurut laporan Statista (2023), harga produksi chip dalam satuan biaya per transistor telah turun dari $1 per transistor pada 1970-an menjadi hanya beberapa nano-dollar saat ini. Efisiensi ini menyebabkan harga smartphone dan perangkat elektronik lainnya ikut terdepresiasi, sementara daya komputasi terus meningkat.

Ekonomi Skala dan Persaingan Pasar

Konsep ekonomi skala juga memainkan peran penting dalam penurunan harga teknologi. Adam Smith, dalam The Wealth of Nations (1776), menjelaskan bahwa semakin besar volume produksi, semakin rendah biaya per unit yang diperlukan untuk memproduksi barang. Apple, Samsung, dan Xiaomi sebagai pemain utama di industri smartphone, kini memproduksi dalam jumlah masif, mengoptimalkan rantai pasok global, dan menurunkan biaya produksi per unit.

Persaingan di pasar smartphone dan layanan data internet juga memicu perang harga. Laporan dari International Telecommunication Union (ITU, 2022) menunjukkan bahwa harga rata-rata paket data per GB telah turun lebih dari 90% sejak 2010 di berbagai negara berkembang. Strategi bisnis dari operator seluler yang bersaing untuk menarik pelanggan turut menekan harga hingga ke titik terendah yang masih memungkinkan keuntungan.

Creative Destruction: Ketika Inovasi Menggusur Teknologi Lama

Penurunan harga juga dapat dijelaskan melalui konsep Creative Destruction yang dikemukakan oleh Joseph Schumpeter. Menurutnya, inovasi akan terus menggantikan teknologi lama, menyebabkan depresiasi harga pada produk yang sebelumnya mendominasi pasar. Sebagai contoh, ketika smartphone berbasis layar sentuh pertama kali muncul pada 2007, perangkat ini menjadi barang mewah. Namun, dengan inovasi dalam rantai produksi, teknologi layar OLED yang sebelumnya mahal kini telah menjadi standar dan lebih terjangkau. Begitu pula dengan teknologi jaringan, dari 2G ke 3G, 4G, dan kini 5G, yang memungkinkan transfer data lebih besar dengan biaya yang semakin murah.

Data dari Gartner (2023) menunjukkan bahwa rata-rata biaya produksi smartphone flagship pada 2010 berkisar $400 hingga $600, sedangkan pada 2023 biaya tersebut telah turun menjadi $200 hingga $300 untuk spesifikasi yang lebih tinggi. Hal ini menegaskan bahwa inovasi teknologi yang terus berkembang telah menekan biaya produksi dan harga jual secara keseluruhan.

Efek Jaringan dan Keunggulan Kompetitif

Carl Shapiro dan Hal Varian, dalam Information Rules (1999), menjelaskan bagaimana efek jaringan (network effect) memengaruhi harga teknologi. Semakin banyak pengguna yang mengadopsi teknologi tertentu, semakin besar skala ekonomi yang bisa dicapai, sehingga produsen dapat menurunkan harga untuk menarik lebih banyak pengguna lagi.

Sebagai contoh, penetrasi internet yang semakin luas mendorong operator untuk menawarkan harga paket data yang lebih murah. Laporan GSMA Intelligence (2022) menunjukkan bahwa penetrasi smartphone global mencapai 70%, naik dari 35% pada 2015. Dengan basis pengguna yang semakin luas, perusahaan penyedia layanan seluler dapat menekan harga per unit data karena volume pengguna yang lebih besar menjamin profitabilitas.

Dinamika Perubahan Teknologi dan Strategi Pasar

Selain faktor produksi dan persaingan, strategi bisnis perusahaan teknologi juga memainkan peran besar dalam tren ini. Perusahaan seperti Xiaomi dan Realme misalnya, mengadopsi strategi low-margin high-volume, yang berarti mereka mengambil margin keuntungan tipis per unit tetapi menjual dalam volume besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun