Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Runtuhnya Franchise Global di Indonesia

30 Januari 2025   07:05 Diperbarui: 30 Januari 2025   07:05 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bisnis lokal ayam goreng di Indonesia. (Sumber: Freepik.com)

Dalam beberapa tahun terakhir, bisnis franchise global yang sebelumnya mendominasi pasar Indonesia mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan. Merek-merek raksasa seperti KFC, Pizza Hut, Starbucks, dan McDonald's menghadapi tantangan besar, mulai dari aksi boikot hingga persaingan ketat dengan merek-merek lokal. Sementara itu, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia justru mengalami pertumbuhan yang pesat, menandai kebangkitan ekonomi berbasis kemandirian nasional.

Franchise Global Terpukul: Dari KFC hingga Starbucks

Salah satu indikator utama melemahnya bisnis franchise global adalah laporan kinerja keuangan perusahaan-perusahaan besar. PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), pengelola KFC di Indonesia, mencatat kerugian Rp557,08 miliar hingga kuartal III 2024, meningkat 266,45% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Akibatnya, 47 gerai KFC ditutup dan lebih dari 2.274 karyawan terkena dampak pemutusan hubungan kerja (PHK) (Bisnis.com, 2024).

Tidak hanya KFC, PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA), pemegang lisensi Pizza Hut di Indonesia, mengalami kerugian bersih sebesar Rp96,7 miliar per 30 September 2024. Jumlah gerai mereka berkurang menjadi 595 dari total sebelumnya lebih dari 600 gerai (Tempo.co, 2024). Penurunan ini sebagian besar dipicu oleh aksi boikot produk yang dianggap memiliki keterkaitan dengan Israel serta meningkatnya daya saing bisnis lokal.

McDonald's dan Starbucks juga mengalami tren serupa. Laporan dari Kumparan (2024) menyebutkan bahwa penjualan Starbucks turun 4% di kuartal pertama tahun 2024, sementara McDonald's mencatatkan pertumbuhan penjualan global yang lebih rendah dari ekspektasi, yaitu hanya 1,9%. Hal ini menunjukkan bahwa bisnis waralaba internasional semakin sulit bertahan di tengah perubahan dinamika pasar.

Momentum Kebangkitan UMKM: Data Berbicara

Di sisi lain, UMKM Indonesia justru berkembang pesat. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 61,07% atau sekitar Rp8.573 triliun pada tahun 2023. Jumlah UMKM juga terus bertambah, dengan total mencapai 64,2 juta unit usaha pada tahun yang sama. Fakta ini menunjukkan bahwa sektor UMKM menjadi tulang punggung perekonomian nasional.

Franchise lokal seperti Hisana Fried Chicken, Sabana Fried Chicken, Rocket Chicken, dan D'Kriuk Fried Chicken semakin populer sebagai alternatif bagi masyarakat yang menginginkan produk ayam goreng dengan harga lebih terjangkau. Misalnya, Sabana Fried Chicken yang telah memiliki lebih dari 2.500 gerai di Indonesia dan menawarkan model kemitraan dengan investasi yang jauh lebih rendah dibandingkan KFC atau McDonald's (Entrepreneur Bisnis, 2024).

Sektor minuman juga mengalami pertumbuhan signifikan. Es Teh Indonesia dan Kopi Kenangan adalah contoh franchise lokal yang berhasil meraih pangsa pasar besar. Kopi Kenangan, misalnya, telah menembus valuasi lebih dari USD 1 miliar dan masuk dalam daftar "Unicorn" di Asia Tenggara (Bloomberg, 2023). Sementara itu, Es Teh Indonesia, dengan konsep kemitraannya yang fleksibel, telah memiliki ribuan gerai di berbagai kota.

Faktor Penyebab Pergeseran Pasar

Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan pergeseran dari franchise global ke UMKM dan franchise lokal:

  1. Aksi Boikot dan Kesadaran Konsumen. Boikot terhadap merek-merek global yang terafiliasi dengan Israel menjadi salah satu faktor signifikan. Konsumen semakin sadar terhadap isu geopolitik dan memilih untuk mendukung merek lokal.

  2. Harga yang Lebih Terjangkau. UMKM dan franchise lokal menawarkan produk dengan harga yang lebih rendah dibandingkan merek global. Sebagai contoh, satu porsi ayam di franchise lokal bisa didapat dengan harga di bawah Rp20.000, sementara di KFC atau McDonald's bisa mencapai Rp40.000--Rp50.000.

  3. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
    Lihat Entrepreneur Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun