Integrasi Islam dan sains telah menjadi ciri khas Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Malang) sebagai institusi pendidikan tinggi Islam. Konsep ini bertujuan menyatukan nilai-nilai Islam dengan ilmu pengetahuan modern untuk menciptakan harmoni antara wahyu dan akal. Namun, implementasi konsep ini dalam ranah akademik seringkali memicu perdebatan, terutama terkait penempatan ayat Al-Qur'an dalam karya ilmiah seperti skripsi, tesis, dan disertasi. Salah satu pertanyaan utama adalah: apakah penelitian seharusnya dimulai dari wahyu yang kemudian dikontekstualisasikan melalui sains, ataukah sains terlebih dahulu dikembangkan dan kemudian diintegrasikan dengan wahyu?
Filosofi Integrasi Islam dan Sains
Integrasi Islam dan sains di UIN Malang didasarkan pada keyakinan bahwa ilmu pengetahuan adalah bagian dari upaya manusia untuk memahami tanda-tanda kebesaran Allah. Dalam hal ini, Islam tidak hanya menjadi panduan moral, tetapi juga sumber inspirasi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Filosofi ini mencerminkan upaya untuk menjawab dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum yang sering ditemui dalam tradisi pendidikan di dunia Islam.
Integrasi ini berakar pada pandangan bahwa Al-Qur'an merupakan sumber kebenaran utama yang melampaui zaman, sementara sains adalah upaya manusia untuk memahami realitas alam semesta secara rasional. Namun, bagaimana kedua sumber ini dihubungkan dalam penelitian akademik menjadi isu yang memerlukan perhatian serius.
Kontroversi Penempatan Ayat Al-Qur'an dalam Penelitian
Dalam proses bimbingan akademik, dosen di UIN Malang sering kali dihadapkan pada dilema terkait penempatan ayat Al-Qur'an. Beberapa dosen mendorong mahasiswa untuk memulai penelitian dari ayat Al-Qur'an sebagai landasan filosofis, sementara yang lain lebih mendukung pendekatan empiris di mana sains menjadi titik awal penelitian yang kemudian dihubungkan dengan wahyu.
Pendekatan Agama Mendahului Sains
Pendekatan ini menempatkan ayat Al-Qur'an di bab awal penelitian sebagai dasar argumentasi. Mahasiswa memulai dengan tafsir ayat yang relevan dan menjadikannya panduan untuk merumuskan masalah penelitian. Misalnya, penelitian tentang polusi lingkungan dapat dimulai dengan ayat yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem (QS. Ar-Rum: 41).
Pendekatan ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
- Memperkuat Aspek Keislaman: Penelitian yang dimulai dari ayat Al-Qur'an menegaskan bahwa Islam adalah sumber utama kebenaran dan inspirasi.
- Meningkatkan Pemahaman Religius: Mahasiswa didorong untuk mendalami makna ayat-ayat Al-Qur'an sehingga penelitian tidak hanya bersifat ilmiah tetapi juga spiritual.
Namun, pendekatan ini juga menghadapi kritik. Beberapa mahasiswa cenderung "memaksakan" tafsir ayat agar sesuai dengan penelitian, yang dapat mengurangi validitas ilmiah. Selain itu, ada risiko bahwa penelitian menjadi terlalu normatif dan kurang eksploratif.
Pendekatan Sains Mendahului Agama
Pendekatan ini menempatkan penelitian ilmiah sebagai inti utama, sementara integrasi dengan ayat Al-Qur'an dilakukan setelah temuan empiris diperoleh. Dalam pendekatan ini, mahasiswa terlebih dahulu mengeksplorasi fenomena ilmiah secara objektif dan kemudian mencari relevansi dengan nilai-nilai Islam.
Keunggulan pendekatan ini meliputi:
- Fokus pada Validitas Ilmiah: Penelitian lebih berbasis data dan fakta sehingga memenuhi standar akademik internasional.
- Mendorong Inovasi: Mahasiswa diberi kebebasan untuk mengeksplorasi temuan baru tanpa terlalu dibatasi oleh kerangka normatif.
Namun, pendekatan ini juga memiliki kelemahan. Ayat Al-Qur'an sering kali hanya ditempatkan sebagai pelengkap atau "justifikasi" belakangan, sehingga esensi integrasi menjadi kurang kuat. Selain itu, pendekatan ini dapat dianggap memprioritaskan sains di atas agama.
Implikasi Pedagogis dan Praktis
Perbedaan pendekatan ini memiliki implikasi yang signifikan terhadap proses bimbingan akademik. Dosen yang lebih condong pada pendekatan agama mendahului sains cenderung lebih normatif dalam membimbing mahasiswa, sementara dosen yang mendukung pendekatan sains mendahului agama lebih fleksibel dalam memberikan ruang eksplorasi ilmiah. Kedua pendekatan ini sering kali menciptakan perdebatan, terutama ketika mahasiswa merasa kesulitan memenuhi ekspektasi dosen yang berbeda.
Selain itu, perbedaan pendekatan ini juga memengaruhi struktur skripsi. Dalam beberapa kasus, mahasiswa diminta untuk menempatkan ayat Al-Qur'an sebagai pembuka di bab 1, sementara dalam kasus lain, ayat baru muncul di bagian pembahasan atau penutup.
Menuju Integrasi yang Seimbang
Untuk menjembatani perbedaan ini, diperlukan pendekatan integrasi yang seimbang. Berikut beberapa rekomendasi yang dapat diterapkan:
Panduan Penulisan Standar: UIN Malang dapat menyusun pedoman penulisan akademik yang mengatur secara jelas tentang penempatan ayat Al-Qur'an dalam penelitian. Pedoman ini harus fleksibel namun tetap menegaskan prinsip integrasi.
Diskusi Interdisipliner: Dosen dari berbagai latar belakang ilmu dapat dilibatkan dalam diskusi rutin untuk menyelaraskan pemahaman tentang konsep integrasi Islam dan sains. Hal ini penting untuk mengurangi perbedaan pandangan yang tajam.
Peningkatan Kapasitas Mahasiswa: Mahasiswa perlu dilatih untuk memahami tafsir Al-Qur'an dan metodologi penelitian ilmiah secara mendalam. Pelatihan ini akan membantu mereka mengintegrasikan keduanya tanpa terjebak dalam pencocokan paksa.
Kolaborasi Riset: Penelitian kolaboratif antara dosen dari bidang keislaman dan sains dapat menjadi model yang baik untuk menunjukkan bagaimana integrasi dapat dilakukan secara efektif.
***
Integrasi Islam dan sains di UIN Malang adalah upaya mulia untuk menyatukan wahyu dan akal sebagai sumber pengetahuan. Namun, perdebatan tentang penempatan ayat Al-Qur'an dalam penelitian mencerminkan tantangan filosofis dan praktis yang perlu diatasi. Dengan pendekatan yang seimbang dan kolaboratif, institusi ini dapat menjadi pelopor dalam menunjukkan bagaimana Islam dan sains dapat saling melengkapi untuk kemaslahatan umat manusia. Pada akhirnya, tujuan utama dari integrasi ini adalah menciptakan ilmuwan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat dalam nilai-nilai spiritual.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI