Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Integrasi Islam dan Sains, Mana Lebih Dulu?

28 Januari 2025   12:15 Diperbarui: 28 Januari 2025   10:31 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Islam dan sains. (Sumber: Freepik.com)

Integrasi Islam dan sains telah menjadi ciri khas Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Malang) sebagai institusi pendidikan tinggi Islam. Konsep ini bertujuan menyatukan nilai-nilai Islam dengan ilmu pengetahuan modern untuk menciptakan harmoni antara wahyu dan akal. Namun, implementasi konsep ini dalam ranah akademik seringkali memicu perdebatan, terutama terkait penempatan ayat Al-Qur'an dalam karya ilmiah seperti skripsi, tesis, dan disertasi. Salah satu pertanyaan utama adalah: apakah penelitian seharusnya dimulai dari wahyu yang kemudian dikontekstualisasikan melalui sains, ataukah sains terlebih dahulu dikembangkan dan kemudian diintegrasikan dengan wahyu?

Filosofi Integrasi Islam dan Sains

Integrasi Islam dan sains di UIN Malang didasarkan pada keyakinan bahwa ilmu pengetahuan adalah bagian dari upaya manusia untuk memahami tanda-tanda kebesaran Allah. Dalam hal ini, Islam tidak hanya menjadi panduan moral, tetapi juga sumber inspirasi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Filosofi ini mencerminkan upaya untuk menjawab dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum yang sering ditemui dalam tradisi pendidikan di dunia Islam.

Integrasi ini berakar pada pandangan bahwa Al-Qur'an merupakan sumber kebenaran utama yang melampaui zaman, sementara sains adalah upaya manusia untuk memahami realitas alam semesta secara rasional. Namun, bagaimana kedua sumber ini dihubungkan dalam penelitian akademik menjadi isu yang memerlukan perhatian serius.

Kontroversi Penempatan Ayat Al-Qur'an dalam Penelitian

Dalam proses bimbingan akademik, dosen di UIN Malang sering kali dihadapkan pada dilema terkait penempatan ayat Al-Qur'an. Beberapa dosen mendorong mahasiswa untuk memulai penelitian dari ayat Al-Qur'an sebagai landasan filosofis, sementara yang lain lebih mendukung pendekatan empiris di mana sains menjadi titik awal penelitian yang kemudian dihubungkan dengan wahyu.

Pendekatan Agama Mendahului Sains

Pendekatan ini menempatkan ayat Al-Qur'an di bab awal penelitian sebagai dasar argumentasi. Mahasiswa memulai dengan tafsir ayat yang relevan dan menjadikannya panduan untuk merumuskan masalah penelitian. Misalnya, penelitian tentang polusi lingkungan dapat dimulai dengan ayat yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem (QS. Ar-Rum: 41).

Pendekatan ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain:

  1. Memperkuat Aspek Keislaman: Penelitian yang dimulai dari ayat Al-Qur'an menegaskan bahwa Islam adalah sumber utama kebenaran dan inspirasi.
  2. Meningkatkan Pemahaman Religius: Mahasiswa didorong untuk mendalami makna ayat-ayat Al-Qur'an sehingga penelitian tidak hanya bersifat ilmiah tetapi juga spiritual.

Namun, pendekatan ini juga menghadapi kritik. Beberapa mahasiswa cenderung "memaksakan" tafsir ayat agar sesuai dengan penelitian, yang dapat mengurangi validitas ilmiah. Selain itu, ada risiko bahwa penelitian menjadi terlalu normatif dan kurang eksploratif.

Pendekatan Sains Mendahului Agama

Pendekatan ini menempatkan penelitian ilmiah sebagai inti utama, sementara integrasi dengan ayat Al-Qur'an dilakukan setelah temuan empiris diperoleh. Dalam pendekatan ini, mahasiswa terlebih dahulu mengeksplorasi fenomena ilmiah secara objektif dan kemudian mencari relevansi dengan nilai-nilai Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun