Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jangan Cetak Struk ATM!

20 Januari 2025   17:49 Diperbarui: 20 Januari 2025   17:49 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cetak struk ATM. (Sumber: Bca.co.id)

Kertas Struk ATM: Mesin Kecil, Dampak Besar pada Bumi

Sejujurnya, saya terinspirasi untuk menulis ini setelah mengalami "momen ATM". Anda tahu, saat kita berdiri di depan mesin, mengambil uang, lalu kertas struk keluar tanpa diminta, seperti tamu tak diundang yang langsung bikin sampah. Tapi tunggu dulu, ini bukan soal kepraktisan semata, melainkan soal keberlanjutan dan akal sehat!

Kawan-kawan, mari kita hadapi fakta: kertas struk ATM adalah contoh nyata "kenyamanan instan yang berdampak buruk". Mesin-mesin ini memuntahkan kertas tanpa ampun, dan ironisnya, banyak dari struk ini hanya berakhir di tempat sampah dalam hitungan detik. Apakah ini benar-benar perlu?

Struk ATM: Mesin Tanpa Pilihan?

Masalahnya bukan hanya kita sebagai pengguna, tetapi juga operator ATM. Banyak ATM di Indonesia tidak menyediakan opsi untuk tidak mencetak struk. Begitu transaksi selesai, mesin langsung mengeluarkan kertas, tak peduli apakah Anda butuh atau tidak.

Lebih buruk lagi, ada ATM yang justru mematikan fungsinya jika persediaan kertas habis. Mesin ini seolah berkata, "Kalau aku nggak bisa mencetak struk, lebih baik aku mati!" Tragis, bukan? Padahal, alternatif digital sudah tersedia di berbagai negara. Beberapa ATM luar negeri, misalnya, bahkan memaksa kita memilih: "Cetak Struk" atau "Lanjutkan Tanpa Struk". Ini memberikan kontrol kepada pengguna sekaligus mendukung keberlanjutan.

Apa yang Salah dengan Kertas Struk?

Mari kita bicara dampak. Pembuatan kertas struk bukan perkara sepele. Dibutuhkan pohon, air, energi, dan proses kimia yang menghasilkan emisi karbon. Kertas struk ATM sering kali dibuat dari kertas termal, yang mengandung Bisphenol A (BPA), senyawa kimia yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.

Kertas ini sulit didaur ulang, sehingga hampir pasti berakhir di tempat pembuangan akhir atau lebih parah, berserakan di jalanan. Jadi, apa kita rela pohon-pohon ditebang dan lingkungan tercemar hanya untuk selembar kertas yang bahkan sering kali tidak kita baca?

Apa Solusinya?

  1. Berikan Opsi kepada Pengguna
    Operator ATM dan perbankan perlu memberikan opsi: "Cetak Struk" atau "Tanpa Struk". Ini langkah sederhana yang sudah diterapkan di banyak negara maju. Jika pilihan itu ada, saya yakin banyak dari kita akan memilih "Tanpa Struk".

  2. Perbaiki Sistem Digital
    Perbankan harus memaksimalkan fitur digital. Kirimkan struk ke email atau aplikasi mobile banking. Tidak hanya lebih ramah lingkungan, ini juga mempermudah pencatatan keuangan pribadi.

  3. Edukasi dan Kampanye Publik
    Sebagian masyarakat masih menganggap kertas struk itu penting sebagai bukti transaksi. Padahal, bukti digital jauh lebih aman dan praktis. Perlu ada kampanye luas yang mengedukasi masyarakat tentang manfaat beralih ke struk elektronik.

  4. Ubah Kebijakan Operasional ATM
    ATM yang tidak memiliki kertas struk seharusnya tetap bisa berfungsi. Jangan sampai habisnya kertas struk membuat mesin ATM menjadi tidak operasional. Ini kontraproduktif dan hanya menunjukkan ketergantungan berlebihan pada kertas.

Mengapa Ini Penting?

Jika Anda masih merasa ini masalah kecil, mari kita bawa ke perspektif global. Menurut sebuah studi, miliaran transaksi ATM dilakukan setiap tahun, menghasilkan limbah kertas dalam jumlah besar. Jika setiap transaksi beralih ke digital, bayangkan berapa banyak pohon yang bisa diselamatkan, berapa banyak limbah yang bisa dikurangi, dan berapa banyak karbon yang bisa kita hemat.

Dan jangan lupa, ini soal keberlanjutan. Langkah kecil seperti memilih "Tanpa Struk" di ATM bisa menjadi bagian dari upaya global untuk mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) nomor 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab.

Pesan kepada Operator ATM

Kepada para penyedia layanan ATM, izinkan saya menyampaikan pesan ini: Jangan jadikan kertas struk sebagai kebutuhan wajib. Berikan kami pilihan untuk tidak mencetak, atau lebih baik lagi, buatlah ATM Anda sepenuhnya bebas kertas.

Pemasangan fitur "Cetak Elektronik" bukan hanya langkah maju untuk teknologi, tetapi juga bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dan kalau kertas habis? Biarkan kami tetap bisa menggunakan mesin Anda! Jangan buat kami frustasi hanya karena Anda terlalu bergantung pada kertas.

Perubahan Ada di Tangan Kita

Teman-teman, perubahan ini mungkin terasa kecil, tapi dampaknya besar. Bayangkan jika jutaan orang memilih untuk tidak mencetak struk setiap hari. Pohon-pohon yang terselamatkan akan tetap berdiri, memberikan oksigen untuk kita semua.

Jadi, lain kali Anda berada di depan ATM, tanyakan pada diri sendiri: Apakah saya benar-benar butuh struk ini? Jika tidak, pilihlah opsi digital, atau desak bank Anda untuk menyediakan pilihan itu.

Akhir kata, mari kita berikan sedikit cinta kepada bumi kita. Dan kepada para operator ATM, dengarkan suara kami: Beri kami pilihan untuk lebih ramah lingkungan! Jangan biarkan mesin Anda menjadi penghasil sampah kertas yang tak perlu.

Karena, teman-teman, masa depan keberlanjutan dimulai dari pilihan-pilihan kecil kita. Jangan sia-siakan kesempatan untuk membuat perubahan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun