Setiap tanggal 17 bulan berjalan, pegawai negeri di Indonesia mendadak tampil seragam, rapi, dan berdiri tegak di bawah terik matahari. Ya, itu pertanda Hari Kesadaran Nasional sedang diperingati. Bagi yang belum akrab, ini bukan sekadar acara berdiri sambil dengerin pidato. Hari Kesadaran Nasional punya makna lebih dalam dari sekadar rutinitas.
Sejarah Hari Kesadaran Nasional
Mari kita mundur ke tahun 1981. Di tengah era Orde Baru, Presiden Soeharto menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1981. Isinya? Perintah untuk menggelar upacara Hari Kesadaran Nasional setiap tanggal 17. Alasan beliau? Menanamkan kembali nilai disiplin, tanggung jawab, dan rasa cinta tanah air kepada aparatur sipil negara (ASN). Tidak tanggung-tanggung, upacara ini diwajibkan untuk semua instansi pemerintah, dari pusat hingga daerah.
Namun, di balik layar, kebijakan ini lahir dari keresahan. Ada kekhawatiran bahwa ASN mulai lupa esensi mereka sebagai pelayan masyarakat. Saat itu, kritik terhadap birokrasi yang lambat dan terkesan "asal kerja" sudah mulai bermunculan. Maka, Soeharto berpikir, "Kenapa tidak kita ingatkan mereka lewat upacara rutin?" Lahirlah Hari Kesadaran Nasional.
Menariknya, kebijakan ini sempat dibatalkan pada tahun 2000 oleh Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur melalui Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2000. Menurut Gus Dur, upacara ini lebih banyak menjadi formalitas dan kurang berdampak nyata. Meski begitu, beberapa instansi tetap melanjutkan tradisi ini karena merasa manfaatnya masih relevan.
Mengapa Hari Kesadaran Nasional Penting?
Upacara Hari Kesadaran Nasional sering kali dianggap sekadar rutinitas oleh sebagian ASN. Namun, inti dari peringatan ini adalah momen refleksi bersama tentang apa arti menjadi pelayan publik. Ini bukan soal berdiri berjam-jam di lapangan, tetapi tentang memperkuat kesadaran bahwa pekerjaan ASN lebih dari sekadar "tugas harian".
Beberapa alasan mengapa Hari Kesadaran Nasional tetap penting:
Merefleksikan Peran ASN:Hari Kesadaran Nasional adalah momen untuk mengingatkan bahwa ASN bukan hanya pekerja kantoran, tapi penggerak roda pemerintahan. ASN adalah jembatan antara rakyat dan negara.
Memperkuat Nilai Kebangsaan:Mengibarkan bendera, menyanyikan lagu kebangsaan, dan mendengar pidato bukan hal sepele. Ini adalah simbol kecintaan kepada negara yang terus diperbarui setiap bulan.
Disiplin dan Kebersamaan:Upacara adalah simbol disiplin. Tidak hanya itu, momen ini juga menjadi waktu berkumpul bersama rekan kerja lintas departemen. Ada nilai kebersamaan yang tak boleh diabaikan.
Perlukah Tetap Ada Upacara?
Meski memiliki tujuan mulia, pelaksanaan upacara Hari Kesadaran Nasional sering kali dianggap kurang relevan di zaman modern ini. Banyak ASN merasa bahwa upacara lebih cenderung menjadi formalitas ketimbang sarana refleksi yang bermakna. Sebagai alternatif, peringatan Hari Kesadaran Nasional dapat dilakukan dengan cara yang lebih praktis dan produktif, seperti: