Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Diam-Diam Tak Menghanyutkan

19 Januari 2025   08:00 Diperbarui: 19 Januari 2025   06:47 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi taman bungkul surabaya. (Sumber: KOMPAS/JUMARTO YULIANUS)

Pak Mono menunduk. "Karena aku sayang kamu, Rin. Tapi aku memilih cara yang salah untuk menunjukkannya."

Mata Bu Rini membelalak, lalu ia tertawa kecil di sela tangisnya. "Kamu memang lucu, Pak. Tapi aku juga salah, karena aku tak pernah benar-benar mengerti perasaanmu."

Pak Mono tersenyum samar, untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun. Mereka pun berpelukan, diiringi tepuk tangan dan sorakan dari anak-anak mereka serta tim televisi.

Hari itu, di Taman Bungkul yang penuh kenangan, akhirnya sebuah rahasia yang terpendam selama 20 tahun terungkap. Meski pahit, itu menjadi awal baru bagi keluarga kecil mereka di tengah hiruk-pikuk Kota Surabaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun