Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kembali ke Tradisional: Pelajaran dari Swedia

17 Januari 2025   15:39 Diperbarui: 17 Januari 2025   15:39 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Investasi pada Buku Cetak dan Infrastruktur
Sebagai negara dengan tingkat literasi yang masih rendah, Indonesia perlu meningkatkan alokasi dana untuk buku cetak. Dengan anggaran pendidikan sebesar Rp612,2 triliun pada 2023, pemerintah dapat mengalokasikan minimal 2% dari anggaran ini untuk pengadaan buku cetak bagi sekolah-sekolah.

  • Pengembangan Kapasitas Guru
    Data dari Kemendikbudristek menunjukkan bahwa hanya 35% guru di Indonesia yang benar-benar terlatih dalam mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran. Pelatihan guru harus menjadi prioritas agar mereka mampu mengelola keseimbangan antara metode pembelajaran digital dan tradisional.

  • Keseimbangan dalam Kurikulum
    Indonesia dapat mengadopsi pendekatan hybrid, di mana buku cetak digunakan untuk memperkuat dasar literasi, sementara teknologi digunakan sebagai alat bantu. Strategi ini dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan kognitif dan teknis secara bersamaan.

  • ***

    Swedia memberikan contoh yang kuat bahwa digitalisasi bukanlah solusi universal untuk semua masalah pendidikan. Dengan data yang mendukung keputusan mereka, negara tersebut menunjukkan bahwa kembali ke metode tradisional tidak berarti mundur, melainkan langkah maju untuk mengatasi tantangan pendidikan modern. Bagi Indonesia, pelajaran dari Swedia harus menjadi pengingat bahwa inovasi dalam pendidikan harus didasarkan pada keseimbangan, bukti, dan kebutuhan nyata siswa. Tanpa evaluasi dan pengelolaan yang tepat, teknologi yang dirancang untuk membantu justru dapat menjadi penghambat perkembangan generasi penerus bangsa.

    Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun