Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pro, Kontra, dan Jalan Tengah Libur Sekolah Selama Ramadan

17 Januari 2025   07:45 Diperbarui: 17 Januari 2025   07:00 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi libur sekolah selama Ramadan. (Sumber: Freepik.com)

Pembelajaran Daring Berbasis Agama: Sekolah dapat mengadopsi model pembelajaran daring selama Ramadan dengan fokus pada materi keagamaan dan nilai-nilai moral. Selain memberikan fleksibilitas waktu bagi siswa, pendekatan ini juga memungkinkan mereka untuk tetap belajar dari rumah tanpa tekanan rutinitas sekolah.

  • Kebijakan Fleksibel Berdasarkan Wilayah:Mengingat Indonesia adalah negara yang beragam, kebijakan terkait libur Ramadan sebaiknya diserahkan kepada pemerintah daerah atau sekolah. Dengan demikian, setiap wilayah dapat menyesuaikan kebijakan sesuai dengan kebutuhan lokal.

  • Mengambil Pelajaran dari Masa Lalu

    Sejarah mencatat bahwa pada era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), sekolah sempat diliburkan selama Ramadan dengan imbauan untuk mengadakan pesantren kilat. Meski kebijakan tersebut tidak berlanjut, ide ini menunjukkan bahwa pendekatan kreatif dan fleksibel dapat diterapkan untuk mengharmoniskan pendidikan dan ibadah.

    Di era digital saat ini, teknologi dapat menjadi pendukung utama untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih adaptif selama Ramadan. Misalnya, penggunaan platform daring untuk memberikan tugas dan materi pembelajaran yang dapat diakses siswa kapan saja.

    Menemukan Keseimbangan

    Libur sekolah selama Ramadan adalah wacana yang penuh dengan tantangan dan peluang. Di satu sisi, libur dapat memberikan ruang bagi siswa untuk mendalami nilai-nilai spiritual, tetapi di sisi lain, ada risiko terganggunya proses pendidikan dan hilangnya disiplin belajar.

    Solusi terbaik adalah yang mampu mengakomodasi kebutuhan semua pihak tanpa mengorbankan salah satu aspek secara berlebihan. Dengan mengadopsi pendekatan fleksibel dan inovatif, kita dapat memastikan bahwa pendidikan dan ibadah dapat berjalan harmonis selama bulan suci Ramadan. Semoga diskusi ini dapat membuka ruang dialog yang konstruktif demi masa depan pendidikan Indonesia yang lebih inklusif dan adaptif.

    Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
    Lihat Kebijakan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun