Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pro, Kontra, dan Jalan Tengah Libur Sekolah Selama Ramadan

17 Januari 2025   07:45 Diperbarui: 17 Januari 2025   07:00 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi libur sekolah selama Ramadan. (Sumber: Freepik.com)

Wacana meliburkan sekolah selama satu bulan penuh pada bulan Ramadan memantik diskusi hangat di berbagai kalangan. Ide ini tidak hanya menarik perhatian pendidik dan orang tua, tetapi juga menjadi bahan pembicaraan masyarakat luas. Seperti sebuah koin, gagasan ini memiliki dua sisi: pro dan kontra. Opini ini berusaha membahas kedua sisi tersebut secara mendalam, dengan menawarkan solusi jalan tengah yang mungkin dapat diterapkan.

Sisi Pro: Membebaskan Siswa untuk Fokus Ibadah

Bagi sebagian pihak, libur sekolah selama Ramadan dianggap sebagai langkah bijak yang memberikan kesempatan siswa untuk lebih fokus pada ibadah. Bulan Ramadan, bagi umat Muslim, adalah waktu khusus untuk meningkatkan spiritualitas melalui puasa, salat tarawih, tadarus Alquran, dan berbagai aktivitas keagamaan lainnya. Dengan libur penuh, siswa tidak perlu terbebani oleh tuntutan akademik yang dapat mengganggu konsentrasi mereka dalam menjalankan ibadah.

Selain itu, libur sekolah memungkinkan siswa mengikuti program pesantren kilat atau kegiatan keagamaan lain yang sering kali diadakan oleh komunitas atau lembaga pendidikan. Program-program ini tidak hanya memperkuat pemahaman agama, tetapi juga mempererat hubungan sosial dan nilai kebersamaan di antara siswa.

Dari sisi kesehatan, libur selama Ramadan dianggap dapat membantu siswa menjalani puasa dengan lebih nyaman. Tanpa tekanan aktivitas fisik dan mental yang berat, siswa dapat menjaga energi dan fokus mereka pada aspek spiritual.

Sisi Kontra: Tantangan Kalender Akademik dan Disiplin Belajar

Namun, ide libur selama Ramadan tidak luput dari kritik. Salah satu kekhawatiran terbesar adalah dampaknya terhadap kalender akademik. Libur satu bulan penuh berpotensi mengganggu pencapaian kurikulum yang sudah dirancang dengan cermat. Untuk menutupi waktu yang hilang, sekolah mungkin harus memperpanjang tahun ajaran atau menambah jam pelajaran di luar waktu normal, yang justru dapat membebani siswa dan guru.

Kritik lain datang dari sudut pandang disiplin belajar. Libur panjang tanpa rutinitas sekolah bisa menyebabkan siswa kehilangan ritme belajar. Beberapa siswa, terutama mereka yang kurang memiliki pengawasan orang tua yang memadai, mungkin malah terjebak dalam kegiatan yang kurang produktif. Alih-alih memanfaatkan waktu untuk ibadah dan belajar mandiri, mereka berpotensi menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak mendukung perkembangan akademik maupun spiritual.

Selain itu, wacana ini juga dianggap kurang inklusif bagi siswa non-Muslim yang mungkin merasa kehilangan akses pendidikan selama satu bulan penuh. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana sekolah dapat memastikan semua siswa mendapatkan pengalaman pendidikan yang setara, terlepas dari latar belakang agama mereka.

Jalan Tengah: Mengharmoniskan Pendidikan dan Ibadah

Melihat adanya argumen yang valid dari kedua sisi, diperlukan solusi yang tidak hanya mempertimbangkan kebutuhan siswa Muslim untuk beribadah, tetapi juga memastikan proses pendidikan tetap berjalan dengan baik. Berikut adalah beberapa ide jalan tengah yang dapat diterapkan:

  1. Penyesuaian Jam Belajar Selama Ramadan:Salah satu solusi adalah mengurangi durasi jam belajar harian selama Ramadan atau menggeser waktu masuk sekolah lebih siang. Dengan demikian, siswa tetap dapat mengikuti pelajaran tanpa harus mengorbankan energi mereka untuk beribadah.

  2. Libur Parsial: Alih-alih meliburkan sekolah selama satu bulan penuh, libur dapat diberikan secara parsial. Misalnya, minggu pertama Ramadan dapat digunakan untuk adaptasi awal puasa, sementara minggu terakhir diisi dengan libur persiapan Idul Fitri. Selama periode di antara dua minggu tersebut, sekolah tetap berjalan dengan penyesuaian jadwal.

  3. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
    Lihat Kebijakan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun