Jika ditarik lebih jauh, diskusi ini mengarah pada sebuah pertanyaan mendasar: Apakah kita benar-benar memerlukan dikotomi antara bisnis syariah dan bisnis konvensional? Bukankah yang lebih penting adalah bagaimana bisnis dijalankan secara baik, adil, dan etis?
Memang, label syariah memiliki peran signifikan dalam memberikan identitas dan kepercayaan. Namun, pada akhirnya, bisnis yang baik adalah bisnis yang mengutamakan kepuasan pelanggan, kesejahteraan karyawan, dan dampak positif bagi masyarakat. Apakah itu diberi label syariah atau tidak, esensinya tetap sama.
Syariah sebagai Nilai, Bukan Sekadar Label
Label syariah adalah instrumen penting untuk menunjukkan komitmen terhadap prinsip-prinsip Islam dalam bisnis. Namun, label ini tidak boleh menjadi tujuan akhir. Yang lebih penting adalah bagaimana prinsip-prinsip tersebut diterapkan secara nyata dalam operasional bisnis.
Baik bisnis milik Muslim maupun non-Muslim, selama mereka menjalankan praktik yang adil, transparan, dan sesuai dengan prinsip syariah, mereka layak mendapatkan pengakuan. Di sisi lain, otoritas pengawas harus memastikan bahwa label syariah tidak disalahgunakan sebagai alat pemasaran semata.
Mari kita fokus pada praktik bisnis yang baik, adil, dan membawa manfaat bagi semua pihak. Dengan atau tanpa label syariah, bisnis yang memegang teguh nilai-nilai ini akan selalu relevan dan dihormati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H