Beliau sendiri adalah bukti hidup dari filosofi ini. Dengan kebiasaan menulis setiap hari, Prof. Imam menghasilkan banyak karya yang menginspirasi ribuan orang. Kalau tulisan-tulisannya dicetak dan ditumpuk, mungkin tingginya bisa melebihi tinggi beliau sendiri. Dan itu bukan hiperbola, lho.
Free Writing dan Lucunya Proses
Tentu saja, menulis bebas ini sering kali melahirkan momen-momen lucu. Bayangkan seorang dosen yang awalnya serius menulis tentang "Metodologi Penelitian Islam", tiba-tiba nyasar ke topik "Kenapa Bakso Tetangga Lebih Enak?" Atau yang berniat membuat artikel jurnal, tapi malah menghasilkan puisi tentang rindunya pada masa kecil.
Tapi, di situlah keajaiban free writing. Ketika kita membiarkan ide-ide mengalir tanpa batas, sering kali kita menemukan hal-hal yang tak terduga. Tulisan yang awalnya terasa "jelek" bisa menjadi cikal bakal karya yang luar biasa. Yang penting, seperti kata Prof. Imam, "tulis dulu."
Pelajaran dari Sang Rektor
Apa yang bisa kita pelajari dari arahan Prof. Imam? Berikut beberapa poin penting:
- Jangan Takut Salah: Tulisan jelek adalah bagian dari proses. Yang penting, teruslah menulis.
- Fokus pada Proses, Bukan Hasil Akhir: Menulis adalah perjalanan, bukan tujuan instan.
- Mulailah dari Hal-Hal Sederhana: Inspirasi ada di mana-mana, bahkan di hal-hal kecil.
- Konsistensi adalah Kunci: Menulis setiap hari, meski sedikit, akan membawa perubahan besar.
Biarkan Tulisan Jelekmu Berkembang
Prof. Imam Suprayogo telah memberikan kita pelajaran berharga: menulis bukan soal kesempurnaan, tetapi soal keberanian untuk memulai. Dengan teknik free writing, kita diberi kebebasan untuk menulis tanpa takut salah, tanpa tertekan oleh kritik, dan tanpa terbebani oleh ekspektasi.
Jadi, jika Anda merasa tulisan Anda masih "jelek," jangan khawatir. Seperti kata Prof. Imam, tulislah saja. Biarkan tulisan Anda berkembang seiring waktu. Siapa tahu, suatu hari nanti, tulisan-tulisan itu akan menjadi warisan berharga bagi generasi berikutnya. Dan, tentu saja, jangan lupa untuk menikmati prosesnya. Karena menulis, pada akhirnya, adalah perjalanan yang penuh warna, lucu, dan tak terduga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H