Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Teknik Menulis Bebas Ala Prof. Imam Suprayogo

10 Januari 2025   14:49 Diperbarui: 10 Januari 2025   14:49 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis bebas. (Sumber: Freepik.com)

Biarkan Tulisan Jelekmu Berkembang

Pernah dengar istilah "free writing"? Bukan, ini bukan nama aplikasi menulis terbaru, apalagi diet bebas gula untuk para penulis. Teknik free writing adalah cara menulis tanpa beban, tanpa takut salah, dan tanpa henti (kecuali kalau listrik mati atau laptop tiba-tiba nge-hang). Metode ini mendorong kita untuk menulis apa saja yang muncul di kepala, tanpa peduli struktur, tata bahasa, atau apa pun yang biasa bikin kita pusing.

Dan siapa sangka, di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, teknik ini sudah lama digaungkan oleh Prof. Dr. KH. Imam Suprayogo, sang rektor legendaris. Beliau bukan hanya seorang akademisi hebat, tapi juga motivator ulung yang menginspirasi para dosen untuk menulis. Kalau dosen adalah murid, maka Prof. Imam adalah sensei mereka dalam dunia tulis-menulis.

"Menulislah, Biar Jelek Nggak Masalah"

Kalimat ini mungkin terdengar sederhana, tapi kalau keluar dari lisan Prof. Imam, langsung terasa seperti petuah sakral. Suatu hari, beliau berdiri di depan para dosen, menatap mereka dengan penuh kebijaksanaan, lalu berkata, "Menulislah. Biar jelek tidak masalah. Tanggapan orang jangan dihiraukan. Belum tentu yang berkomentar itu bisa menulis dan tulisannya bagus."

Apa maksudnya? Ya, sederhana saja: tulis dulu, urusan bagus belakangan. Kalau menunggu sempurna, mungkin kita nggak akan pernah menulis apa-apa. Toh, kata Prof. Imam, menulis itu seperti latihan olahraga. Semakin sering dilakukan, semakin terampil kita jadinya.

Bayangkan para dosen yang awalnya grogi menulis. Dengan dorongan ini, mereka mulai mengetik dengan jari gemetaran. Tapi, setelah beberapa minggu, tulisan mereka mulai lancar, dan kritik dari kolega pun hanya dianggap angin lalu. "Ah, kamu bisa menulis lebih baik? Silakan coba sendiri," mungkin itu yang ada di benak mereka.

Menulis Bebas, Apa Saja yang Ada di Kepala

Menurut Prof. Imam, menulis tidak perlu dimulai dari ide-ide besar yang menggetarkan dunia. Tulis saja apa yang ada di sekitar kita. Pohon di halaman, kopi pagi yang pahit, atau bahkan kucing tetangga yang suka nongkrong di teras.

"Tulis saja apa yang terjadi," kata beliau, sambil tersenyum. "Tema sederhana itu lebih mudah dikembangkan. Nanti, lama-lama kalian akan bisa menulis hal-hal yang lebih rumit."

Teknik ini jelas sangat melegakan, terutama bagi mereka yang selama ini berpikir bahwa menulis harus langsung menghasilkan karya yang brilian. Dengan free writing, kita tidak perlu takut salah atau dinilai buruk. Karena, seperti kata Prof. Imam, "Belum tentu yang mengkritik itu bisa menulis."

Kenapa Menulis Itu Penting?

Prof. Imam punya filosofi yang mendalam soal menulis. Menurut beliau, menulis adalah cara untuk menyampaikan gagasan kepada dunia, bahkan setelah kita tiada. "Tulisan kalian," kata beliau, "akan lebih baik seiring waktu. Jadi, mulailah sekarang, sebelum terlambat."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun