Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Media Sosial atau Microlearning? Kenapa Tidak Keduanya?

6 Januari 2025   15:35 Diperbarui: 7 Januari 2025   06:11 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi microlearning. (Sumber: Freepik/pressfoto)

Interaksi dengan Kreator. Jangan ragu untuk bertanya kepada kreator konten edukatif. Kreator sering menyukai interaksi, apalagi jika pertanyaan anda berbobot. Tapi, jangan tanya hal seperti, "Bang, kenapa langit biru?" kecuali anda serius ingin tahu jawaban ilmiahnya.

  • Kurasi Feed Anda. Jika feed anda penuh dengan video prank dan drama selebgram, ya, jangan heran kalau waktu anda di media sosial terasa sia-sia. Mulailah menyukai, menyimpan, dan berbagi konten edukatif, sehingga algoritma tahu apa yang anda butuhkan. Percayalah, algoritma lebih pintar dari mantan anda yang bilang, "Aku berubah kok."

  • Tantangan dalam Menggabungkan Media Sosial dan Microlearning

    Tentu saja, mengubah media sosial menjadi alat pembelajaran bukan tanpa tantangan. Yang pertama adalah disiplin diri. Jika anda punya kebiasaan membuka media sosial hanya untuk hiburan, beralih ke mode "learn" butuh usaha ekstra. Kedua, banyak konten di media sosial yang dangkal atau tidak terverifikasi. Ini seperti mencari jarum di tumpukan jerami yang penuh glitter.

    Namun, jika anda bersedia meluangkan waktu untuk memilih konten yang tepat, media sosial bisa menjadi sahabat belajar terbaik anda. Bayangkan, anda belajar sesuatu yang baru setiap hari hanya dengan scrolling. Lebih baik lagi, anda bisa membagikan ilmu itu kepada orang lain, sehingga dampaknya menjadi berlipat ganda.

    Belajar Tidak Harus Membosankan

    Jadi, apakah kita harus mengganti media sosial dengan microlearning? Tidak juga. Yang perlu kita lakukan adalah mengintegrasikan keduanya. Anggaplah media sosial sebagai kendaraan, dan microlearning adalah tujuan. Dengan navigasi yang benar, anda bisa mencapai tujuan tanpa tersesat dalam hutan konten yang tidak berfaedah.

    Akhirnya, mari kita berhenti mengutuk media sosial dan mulai memanfaatkannya dengan lebih baik. Karena, seperti kata pepatah modern, "Jika anda tidak bisa mengalahkan algoritma, bergabunglah dengannya." Jadi, lain kali anda membuka media sosial, pastikan anda juga membuka pintu untuk ilmu. Selamat belajar, dan semoga feed anda selalu berfaedah!

    Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
    Lihat Lyfe Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun