Di sebuah negeri bernama Zawandra, terletak di kepulauan Nuswara yang kaya raya, berdiri sebuah kerajaan bernama Keraton Amartya. Kerajaan ini terkenal dengan adat istiadatnya yang megah dan seni tari tradisional yang memukau. Pada tahun 1936, seorang putri bernama Gusti Laksmi menjadi sorotan bukan hanya di Zawandra, tapi juga di seantero kerajaan dunia.
Gusti Laksmi bukanlah putri kerajaan biasa. Dia memiliki bakat luar biasa dalam seni tari dan olahraga yang jarang dimiliki perempuan pada zamannya. Namun, kisahnya semakin menarik ketika ia menjadi orang pertama di Zawandra yang berkomunikasi melalui sebuah teknologi baru yang disebut radio tele-vid. Teknologi ini memungkinkan orang di dua tempat berbeda untuk berbicara dan saling melihat, meski dengan suara dan gambar yang tersendat-sendat.
Teleconference di Zawandra
Saat itu, Raja Wilheim dari kerajaan Barat, Vanora, yang mendengar kabar tentang Gusti Laksmi, memutuskan untuk mengundangnya tampil di acara pernikahan putrinya, Putri Julinia. Namun, perjalanan jauh ke negeri Vanora membutuhkan waktu yang lama, sementara acara sudah dekat. Raja Amartya, ayah Gusti Laksmi, memutar otak dan akhirnya menemukan solusi: menghubungkan Amartya dan Vanora menggunakan teknologi radio tele-vid.
Dengan pakaian tari tradisional Zawandra, Gusti Laksmi tampil di aula besar Keraton Amartya, diiringi gamelan yang dimainkan langsung dari Istana Giriwara, kerajaan tetangga. Suara musik yang samar-samar dan gambar yang kadang terputus-putus tidak mengurangi keindahan tarian Gusti Laksmi. Para tamu di Vanora bertepuk tangan meriah meski hanya menonton dari layar.
"Ini luar biasa, Gusti! Seperti kau ada di sini bersama kami," ujar Putri Julinia melalui layar dengan suara bersemangat.
"Terima kasih, Tuan Putri. Ini adalah kehormatan bagi saya," jawab Gusti Laksmi sambil tersenyum, meski dalam hatinya dia gugup luar biasa.
Gadis Multitalenta
Di luar tarian, Gusti Laksmi juga dikenal sebagai seorang tomboy pada zamannya. Dia sering menunggang kuda di alun-alun kerajaan, bersaing dengan para pria dalam turnamen panahan, dan berenang di sungai yang mengalir deras di belakang istana. Bahkan, ada cerita bahwa dia pernah mengalahkan seorang bangsawan dalam pertandingan tenis yang diadakan di taman kerajaan.
"Aku enggak ngerti deh, gimana Gusti Laksmi bisa jago di segala bidang. Gila sih, dia kayak pahlawan buat cewek-cewek Zawandra," gumam Dara, seorang dayang kerajaan, kepada temannya.
"Bener banget, Ra. Aku aja main congklak masih sering kalah sama adik aku," jawab temannya sambil terkekeh.
Ketabuan yang Dilanggar
Namun, tidak semua orang menyukai keberanian Gusti Laksmi. Banyak tetua adat di Amartya yang merasa dia terlalu modern dan tidak pantas sebagai simbol kerajaan. Mereka beranggapan bahwa seorang putri seharusnya anggun, lembut, dan tidak terlalu aktif di ruang publik.