Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tahun 2025, Jalur Baru, Menemukan Kedamaian

29 Desember 2024   04:57 Diperbarui: 30 Desember 2024   05:09 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hidup seperti roaller coaster. (Sumber: Freepik/mrsiraphol)

Hey, teman-teman! Udah siap sambut tahun 2025? Kalau tahun ini rasanya kayak naik roller coaster, saya mau bilang: good for you! Karena apa pun gila-gilanya putaran hidup, selalu ada jalur yang ngarahin kita sampai ke ujungnya. Walaupun ngos-ngosan, roller coaster itu nggak akan keluar jalur, kok. Tapi gimana kalau kita terlempar keluar dari relnya?  

Yap, itu yang saya rasain di 2024 ini. Roller coaster saya nggak cuma anjlok, tapi saya kayak nyasar di tempat yang nggak ada pemandangan, nggak ada suara orang teriak seru, cuma ada rasa nyesek dan dingin. Kursi terikat, energi habis, dan nggak ada siapa-siapa.  

Jujur aja, saya nggak akan cerita detail tragedi itu. Bukan karena gengsi atau sok jantan, tapi saya tahu, membagi cerita kayak gitu nggak akan bikin apa pun jadi lebih baik. Kadang, cerita sedih tuh kayak virus; bikin orang yang dengar jadi ketularan khawatir, padahal mereka nggak perlu.  

Tapi, satu hal yang saya pelajari: kelemahan saya sendiri. Saya terlalu gampang percaya. Saya pikir, orang di sekitar saya semua baik---baik di hubungan kerja, teman, bahkan hubungan "profesional-vertikal". Eh, ternyata nggak selalu gitu. Saya lupa, hidup itu nggak semua soal niat baik. Kadang, kita juga butuh boundaries.  

Dan soal cinta negara, hmm... ini nih yang sering bikin saya baper. Saya cinta banget sama negeri ini, tapi jujur aja, cinta saya sering nggak dibalas. Udah kasih yang terbaik, tapi malah dapetnya sambutan dingin atau bahkan nggak dianggap. Sakit? Iya. Tapi pelajaran terbesar tahun ini adalah, cinta negara nggak harus berharap imbalan apa pun. Kalau mau kasih, kasih aja. Jangan berharap lebih.  

Realita Hidup yang Nggak Selalu Indah  

Dulu, saya selalu pikir: kalau kita baik sama orang, orang pasti akan baik balik. Atau kalau kita kerja keras dan bikin prestasi, orang-orang bakal inget terus kontribusi kita. Tapi, realita hidup bilang, not really.  

Seperti yang pernah saya tulis: "Kamu akan berhenti mencoba bikin orang terkesan sama kerja kerasmu, kalau kamu tahu betapa cepatnya orang bakal lupa kalau kamu kena masalah." Harsh? Yes. Real? Juga yes.  

Tapi ini bukan soal pesimis atau nyerah, ya. Hidup itu kan soal cara kita nyari keseimbangan. Ketika orang lain lupa sama kita, yang penting adalah kita nggak lupa sama diri kita sendiri dan orang-orang yang truly matter.  

Belajar Pelukan dan Waktu Berkualitas  

Akhir tahun ini, saya sadar kalau bahagia itu nggak selalu soal prestasi atau pencapaian gede. Kadang, hal-hal kecil justru yang bikin kita ngerasa damai. Salah satu kebiasaan baru yang saya tambahin di hidup saya adalah, meluangkan waktu lebih buat peluk istri dan anak-anak saya di pagi hari. Sounds simple? Yes. Tapi efeknya? Massive.  

Ketika kita tahu hidup di luar sana nggak selalu ramah, keluarga adalah tempat kita balik dan recharge energi. Dan nggak cuma keluarga inti, ya. Teman-teman, dukungan diam-diam dari orang yang tulus, itu juga salah satu kekuatan besar. Jadi, terima kasih buat semua yang udah ngasih doa dan dukungan, baik yang langsung ngomong maupun yang cuma ngedoain dari jauh.  

Resolusi 2025: Keep Moving Forward  

Tahun depan, saya nggak pasang resolusi yang ribet-ribet. Yang penting adalah move forward. Perjalanan ini mungkin nggak selalu mulus, tapi saya percaya, tiap belokan dan tanjakan itu punya maksud. Mungkin, ini jalur yang Tuhan pilih buat saya supaya lebih wise.  

Kalau teman-teman juga ngerasa tahun ini berat, saya cuma mau bilang, nggak apa-apa. Serius, nggak apa-apa kalau 2024 ini jadi tahun yang bikin kalian jungkir balik. Tapi jangan lupa, tahun baru itu kayak lembaran kosong. Kita bisa mulai gambar ulang peta hidup kita.  

Saran saya? Jangan terlalu mikir apa kata orang. Fokus sama diri sendiri, sama orang-orang yang beneran peduli. Jangan takut buat bikin keputusan besar kalau itu untuk kebahagiaan jangka panjang kalian.  

Dan, pro tip: sisihkan waktu buat diri sendiri. Kadang, kita terlalu sibuk ngejar mimpi, sampe lupa berhenti dan lihat betapa jauh kita udah jalan. Jangan biarkan tekanan hidup bikin kalian lupa buat bernapas.  

Kamu Nggak Sendirian  

Teman-teman, kalau kalian lagi di titik rendah, ingat ini: kalian nggak sendirian. Semua orang punya pergumulannya masing-masing. Dan seperti roller coaster yang ujung-ujungnya balik ke jalur, kita juga punya kesempatan buat balik.  

Hidup itu bukan soal siapa yang menang duluan. Ini soal siapa yang bisa terus bertahan, siapa yang bisa terus belajar, dan siapa yang nggak pernah nyerah.  

So, cheers for 2025. Mari bikin tahun depan lebih berarti, lebih penuh cinta, dan yang paling penting, lebih damai. Karena damai adalah rumah sejati kita semua. <3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun