Hey, teman-teman! Udah siap sambut tahun 2025? Kalau tahun ini rasanya kayak naik roller coaster, saya mau bilang: good for you! Karena apa pun gila-gilanya putaran hidup, selalu ada jalur yang ngarahin kita sampai ke ujungnya. Walaupun ngos-ngosan, roller coaster itu nggak akan keluar jalur, kok. Tapi gimana kalau kita terlempar keluar dari relnya? Â
Yap, itu yang saya rasain di 2024 ini. Roller coaster saya nggak cuma anjlok, tapi saya kayak nyasar di tempat yang nggak ada pemandangan, nggak ada suara orang teriak seru, cuma ada rasa nyesek dan dingin. Kursi terikat, energi habis, dan nggak ada siapa-siapa. Â
Jujur aja, saya nggak akan cerita detail tragedi itu. Bukan karena gengsi atau sok jantan, tapi saya tahu, membagi cerita kayak gitu nggak akan bikin apa pun jadi lebih baik. Kadang, cerita sedih tuh kayak virus; bikin orang yang dengar jadi ketularan khawatir, padahal mereka nggak perlu. Â
Tapi, satu hal yang saya pelajari: kelemahan saya sendiri. Saya terlalu gampang percaya. Saya pikir, orang di sekitar saya semua baik---baik di hubungan kerja, teman, bahkan hubungan "profesional-vertikal". Eh, ternyata nggak selalu gitu. Saya lupa, hidup itu nggak semua soal niat baik. Kadang, kita juga butuh boundaries. Â
Dan soal cinta negara, hmm... ini nih yang sering bikin saya baper. Saya cinta banget sama negeri ini, tapi jujur aja, cinta saya sering nggak dibalas. Udah kasih yang terbaik, tapi malah dapetnya sambutan dingin atau bahkan nggak dianggap. Sakit? Iya. Tapi pelajaran terbesar tahun ini adalah, cinta negara nggak harus berharap imbalan apa pun. Kalau mau kasih, kasih aja. Jangan berharap lebih. Â
Realita Hidup yang Nggak Selalu Indah Â
Dulu, saya selalu pikir: kalau kita baik sama orang, orang pasti akan baik balik. Atau kalau kita kerja keras dan bikin prestasi, orang-orang bakal inget terus kontribusi kita. Tapi, realita hidup bilang, not really. Â
Seperti yang pernah saya tulis: "Kamu akan berhenti mencoba bikin orang terkesan sama kerja kerasmu, kalau kamu tahu betapa cepatnya orang bakal lupa kalau kamu kena masalah." Harsh? Yes. Real? Juga yes. Â
Tapi ini bukan soal pesimis atau nyerah, ya. Hidup itu kan soal cara kita nyari keseimbangan. Ketika orang lain lupa sama kita, yang penting adalah kita nggak lupa sama diri kita sendiri dan orang-orang yang truly matter. Â
Belajar Pelukan dan Waktu Berkualitas Â
Akhir tahun ini, saya sadar kalau bahagia itu nggak selalu soal prestasi atau pencapaian gede. Kadang, hal-hal kecil justru yang bikin kita ngerasa damai. Salah satu kebiasaan baru yang saya tambahin di hidup saya adalah, meluangkan waktu lebih buat peluk istri dan anak-anak saya di pagi hari. Sounds simple? Yes. Tapi efeknya? Massive. Â
Ketika kita tahu hidup di luar sana nggak selalu ramah, keluarga adalah tempat kita balik dan recharge energi. Dan nggak cuma keluarga inti, ya. Teman-teman, dukungan diam-diam dari orang yang tulus, itu juga salah satu kekuatan besar. Jadi, terima kasih buat semua yang udah ngasih doa dan dukungan, baik yang langsung ngomong maupun yang cuma ngedoain dari jauh. Â