Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Indonesia 2025: Drama Politik atau Kisah Sukses Baru?

20 Desember 2024   11:30 Diperbarui: 20 Desember 2024   10:51 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi gini, guys, kalo ngomongin politik Indonesia di tahun 2025, kayanya kita bakal liat drama yang nggak kalah seru dari serial TV favorit kamu. Dari berita-berita yang aku baca, ada banyak banget spekulasi soal siapa yang bakal dominan, apa yang bakal berubah, dan gimana nasib rakyat kecil di tengah keriuhan ini. Yuk, kita coba bahas satu-satu dengan gaya santai tapi tetep nyentil.

Pertama, ada isu soal dinasti politik. Ya, kamu tau lah, udah kayak drama kerajaan zaman dulu. Gibran beneran dapet posisi gede, Wakil Presiden, apa ini pertanda Indonesia bakal punya dinasti politik baru? Banyak yang bilang ini kayak backdoor-nya politik keluarga. Tapi, jujur aja, selama mereka kerja buat rakyat dan nggak cuma bagi-bagi jabatan, siapa sih yang bakal protes? Tapi ya, kenyataannya sering nggak seindah harapan. Kalau yang di atas nggak becus, rakyat pasti bakal ngamuk.

Terus, ngomongin RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional) 2025-2045 yang dibahas Puan Maharani. Ini kayak bikin skripsi 20 tahun ke depan, bro! Rencana pembangunan jangka panjang yang katanya bakal bikin Indonesia lebih maju. Tapi, kalau cuma wacana doang tanpa eksekusi yang jelas, ya sama aja kayak mimpi di siang bolong. Indonesia butuh aksi nyata, bukan janji manis yang cuma bikin ngiler.

Lanjut ke isu stabilitas politik. Banyak yang bilang 2024 itu bakal jadi momen krusial. Pemilu selesai, transisi kekuasaan terjadi, dan semua pihak harus kerja keras biar situasi nggak chaos. Kalau stabilitas politik kepegang, ekonomi juga bisa naik kelas. Tapi, kalo politiknya gonjang-ganjing, siap-siap aja ekonomi kita ikut oleng. Jadi, penting banget buat para pemimpin baru nanti nggak cuma mikirin kursi, tapi juga nasib rakyat yang udah capek sama drama politik nggak ada ujungnya.

Sekarang kita ngomongin transisi energi, yang katanya bakal jadi salah satu fokus besar. Menurut aku, ini PR yang gede banget. Soalnya, ngomongin transisi energi di Indonesia itu nggak cuma soal ganti batu bara ke energi terbarukan, tapi juga soal mindset. Banyak elit yang masih mikir, "Kalau nggak cepet dapet untung, buat apa?" Padahal, investasi di energi terbarukan itu kayak investasi buat masa depan. Kamu tanam sekarang, panen nanti. Tapi ya, selama politik kita masih didominasi kepentingan jangka pendek, ini bakal jadi tantangan besar.

Oh iya, ada juga prediksi dari Wantannas soal isu strategis nasional 2025. Mereka bilang bakal ada tantangan di berbagai bidang, termasuk ideologi dan politik. Aku setuju banget sih, soalnya di era digital ini, perang ideologi tuh nggak cuma pake senjata, tapi juga lewat informasi. Hoaks, propaganda, dan perang narasi itu bisa jadi senjata paling mematikan. Kalau nggak siap, kita bisa kalah sebelum perang beneran dimulai.

Tapi tunggu, ada sisi lain yang juga menarik. Banyak yang bilang, tahun 2025 itu bisa jadi momentum buat Indonesia bangkit. Kalau transisi politik lancar, RPJPN jalan, dan kita berhasil beradaptasi sama perubahan gkamubal, Indonesia bisa jadi powerhouse baru di Asia Tenggara. Tapi ya, balik lagi, semua ini tergantung siapa yang pegang kendali dan gimana mereka ngejalanin visi besar ini.

Sebenernya, aku optimis sih sama anak muda Indonesia. Mereka ini generasi yang melek teknologi, kreatif, dan kritis. Kalau mereka diberi ruang buat berkontribusi, aku yakin banget Indonesia bisa jadi lebih baik. Tapi masalahnya, politik kita ini sering kali nggak kasih ruang buat anak muda. Mereka lebih suka main aman dengan orang-orang lama yang udah punya pengalaman, tapi sering lupa kalau pengalaman itu nggak selalu berarti kompeten.

Di sisi lain, ekonomi juga jadi sorotan penting. Banyak yang bilang, stabilitas politik itu kunci buat pertumbuhan ekonomi. Aku setuju. Kalau politik adem, investor bakal dateng, lapangan kerja kebuka, dan rakyat kecil bisa hidup lebih layak. Tapi, kalau politiknya ribut mulu, siapa juga yang mau invest di sini? Jadi, ini semacam lingkaran setan yang harus diputus kalau kita mau maju.

Dan terakhir, aku mau bahas soal paradoks politik di Indonesia. Kita sering banget terjebak di antara dua kutub ekstrem. Di satu sisi, ada yang bilang politik itu harus idealis, tapi di sisi lain, ada juga yang bilang politik itu soal kompromi. Aku rasa, 2025 nanti bakal jadi ujian buat kita semua. Apakah kita bisa nemuin keseimbangan antara idealisme dan realitas? Atau kita bakal terus-terusan terjebak di drama yang sama?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun