Mungkin anak kita tidak cocok jadi dokter, tapi sangat berbakat menggambar. Mungkin mereka tak suka matematika, tapi lihai berbicara. Ada anak yang berbunga-bunga saat berhadapan dengan piano, ada yang lebih senang membaca buku cerita berjam-jam.
Tugas kita sebagai orang tua adalah membuka pintu bagi anak-anak: biarkan mereka mencoba, mengenal diri mereka sendiri, lalu memilih jalannya. Tugas kita bukan memaksa mereka berjalan di jalur yang kita pilih.
Generasi kita tumbuh di era berbeda, di mana nilai bagus dan pekerjaan stabil adalah kunci hidup “sukses.” Tapi, zaman berubah. Anak-anak kita hidup di dunia digital, di mana keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan empati jauh lebih penting daripada sekadar menghafal teori.
Jangan meremehkan saat anak-anak sibuk dengan hal-hal “sepele” seperti menggambar komik, membuat video pendek, atau belajar coding. Boleh jadi, dari situlah masa depan mereka tumbuh. Kita perlu mendukung anak-anak mengikuti perkembangan zaman, bukan memaksanya bertahan di masa lalu kita.
Sebagai orang tua, terkadang kita merasa tahu segalanya. Saat anak bercerita, kita malah sibuk memberi nasihat panjang lebar. Padahal, yang mereka butuhkan hanya telinga yang mendengarkan, bukan mulut yang menilai.
Pernahkah kita benar-benar duduk dan mendengarkan keluh kesah anak? Pernahkah kita bertanya: “Kamu lagi sedih, ya? Cerita sama Ibu, nggak apa-apa.” Ketika anak merasa didengar, mereka akan lebih percaya diri. Mereka tahu bahwa ada tempat yang aman untuk pulang, tempat di mana mereka bisa menjadi diri sendiri tanpa takut dihakimi.
Menjadi orang tua bukanlah tentang memegang kendali penuh atas anak, melainkan menjadi cahaya yang menerangi jalan mereka. Terkadang, kita hanya perlu melangkah mundur sedikit, agar anak kita bisa melihat cahaya itu lebih jelas.
Anak-anak kita tidak akan selalu berjalan di jalan yang lurus dan sempurna. Mereka akan jatuh, menangis, lalu bangkit lagi. Biarkan mereka tumbuh dengan caranya, dengan dunianya. Karena pada akhirnya, tugas kita bukanlah membentuk anak yang sempurna, melainkan mendidik anak yang bahagia dan percaya pada dirinya sendiri.
Sebagai orang tua, bukankah itu yang paling kita harapkan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H