Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Gelas yang Selalu Penuh

2 Desember 2024   07:00 Diperbarui: 2 Desember 2024   07:10 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sebuah ilustrasi sederhana, namun penuh makna, tentang sebuah gelas yang setengah berisi air dan setengahnya lagi diisi udara, dengan kalimat "Technically, it's always full." Sepintas, gambar ini mungkin hanya tampak seperti permainan sains atau humor. Namun, di balik kesederhanaannya, terdapat filosofi yang mendalam tentang kehidupan dan cara kita memandang dunia.

Kita sering dihadapkan pada pertanyaan klasik: "Apakah gelas ini setengah penuh atau setengah kosong?" Pertanyaan ini biasanya dianggap sebagai cerminan dari kepribadian---apakah kita seorang optimis, yang melihat gelas setengah penuh, atau pesimis, yang fokus pada bagian kosongnya. Namun, gambar ini menawarkan perspektif baru: gelas itu, secara teknis, selalu penuh. Mungkin isinya tidak selalu terlihat, tetapi keberadaannya nyata.

Ilustrasi ini mengajarkan kita untuk melihat kehidupan dari sudut pandang yang lebih luas. Dalam hidup, kita sering kali hanya menghargai hal-hal yang kasat mata---pekerjaan, kekayaan, atau pencapaian. Kita lupa bahwa ada hal-hal tak terlihat yang sama pentingnya, seperti waktu, kesehatan, atau hubungan emosional. Seperti udara di gelas, keberadaan mereka tak selalu disadari, tetapi perannya krusial.

Di sisi lain, ini juga menjadi pengingat bahwa "kekosongan" tidak selalu berarti kehilangan. Dalam kekosongan ada ruang, dan dalam ruang ada peluang. Bagian gelas yang diisi udara mungkin tampak kosong bagi mata, tetapi justru itulah yang memungkinkan kita bernapas. Dalam hidup, ruang kosong adalah tempat bagi kita untuk bertumbuh, bermimpi, dan menciptakan sesuatu yang baru.

Lebih jauh lagi, gelas yang selalu penuh ini mengajak kita untuk melampaui dikotomi sederhana---setengah penuh atau setengah kosong. Hidup tidak selalu tentang memilih sisi; terkadang, jawabannya adalah keduanya. Kita tidak perlu terjebak dalam debat tak berujung tentang apa yang kurang atau apa yang sudah ada. Sebaliknya, kita dapat belajar untuk menerima keberadaan keduanya secara bersamaan, sebagai bagian dari keutuhan.

Ilustrasi ini juga menanamkan nilai ilmiah dalam keseharian. Dalam sains, tidak ada ruang yang benar-benar kosong. Bahkan dalam kekosongan sekalipun, ada molekul, energi, atau potensi. Dengan memandang hidup seperti ini, kita dapat menghargai hal-hal kecil yang sering kali terabaikan, seperti udara yang kita hirup atau keheningan yang memberi kita ruang untuk berpikir.

Jadi, apa yang dapat kita pelajari dari gelas ini? Bahwa hidup adalah tentang bagaimana kita memandangnya. Ketika kita merasa "kosong," mungkin sebenarnya kita hanya tidak menyadari apa yang mengisi hidup kita. Mungkin bukan keberadaan fisik, melainkan makna, harapan, atau peluang yang tak kasat mata.

Pada akhirnya, hidup ini---seperti gelas itu---selalu penuh. Pertanyaannya bukan tentang apa yang ada di dalamnya, melainkan apakah kita mau menghargai isinya, terlihat maupun tidak. Dan seperti udara yang mengisi setengah gelas, kadang-kadang, yang tidak terlihat adalah yang paling berharga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun