Selain itu, LPDP tidak memiliki mekanisme yang kuat untuk memastikan bahwa alumni benar-benar memberikan kontribusi balik pada masyarakat. Tidak ada kewajiban formal yang mengikat mereka untuk pulang dan bekerja di Indonesia atau berkontribusi pada sektor-sektor kritis. Alumni bebas untuk memilih jalur karir yang mereka sukai setelah menyelesaikan studi, meskipun ini berarti meninggalkan Indonesia dan bekerja di luar negeri.
Ini bukan sekadar masalah LPDP, tetapi juga masalah filosofi beasiswa. Haruskah kita memberi kebebasan penuh pada alumni untuk menentukan masa depan mereka sendiri setelah menerima beasiswa? Apakah kita membutuhkan ikatan atau kontrak sosial yang lebih jelas antara penerima beasiswa dan negara? Mungkin inilah saatnya untuk mengkaji ulang kebijakan LPDP agar tujuan awalnya, yaitu mencetak pemimpin yang berdampak pada masyarakat, benar-benar tercapai.
5. Revisi Peran Alumni
Maka dari itu, mungkin saatnya kita mulai mengubah paradigma tentang keberhasilan alumni LPDP. Tidak cukup hanya menghitung berapa banyak lulusan yang diterima di perusahaan ternama atau berapa banyak yang sukses di luar negeri. Keberhasilan LPDP seharusnya diukur dari seberapa besar dampak sosial yang ditinggalkan oleh para alumni, baik dalam bentuk program-program sosial, kontribusi di sektor publik, maupun keterlibatan dalam pengembangan daerah tertinggal.
Pemerintah dan LPDP bisa mulai membentuk kebijakan yang lebih spesifik, misalnya insentif bagi alumni yang bersedia bekerja di daerah-daerah tertinggal, atau mendirikan program khusus yang mendorong alumni untuk melakukan proyek-proyek sosial di komunitas masing-masing. Mungkin ini terkesan mengikat, tetapi tanpa sedikit dorongan, sulit berharap alumni secara otomatis akan merasa wajib untuk berkontribusi.
***
Kita perlu realistis dalam menilai efektivitas program LPDP dalam mencetak agen perubahan. Tanpa mekanisme yang mengikat atau rencana strategis yang matang, alumni LPDP mungkin lebih berperan sebagai individu berprestasi ketimbang agen perubahan yang nyata bagi masyarakat.Â
Kita perlu skeptis agar tidak terjebak dalam euforia angka dan statistik yang tampak mengesankan namun minim dampak konkret. Program ini harus dievaluasi, bukan hanya dari jumlah dana yang dikelola atau jumlah beasiswa yang diberikan, tetapi dari sejauh mana alumni LPDP benar-benar berdampak pada masyarakat luas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H