Ketika ada yang beretorika "merdeka atau mati" di hadapan kita, mestinya kita semua memahami maknanya dengan utuh. Kita tak perlu menjawab "merdeka" saja, seolah melupakan harga yang menyertainya. Kita pun tak perlu menjawab "atau" atau "mati," sebab frasa itu tak seharusnya dipecah. Ini adalah pernyataan utuh, sebuah simbol kebulatan tekad yang menuntut kita untuk tetap satu dalam pemaknaan, tidak bercerai-berai.
Menjadi "merdeka" dengan risiko "mati" adalah dua hal yang sejalan. Mereka yang mengerti kedalaman frasa ini akan menyadari bahwa setiap bentuk kebebasan yang sejati memang tak pernah datang tanpa pengorbanan. Jika kita hanya memilih bagian "merdeka" dari ungkapan ini, kita cenderung menyepelekan arti perjuangan. Sebaliknya, dengan menerima sepenuhnya bahwa "merdeka atau mati" adalah satu kesatuan, kita kembali kepada niat tulus yang melahirkan kemerdekaan bangsa ini.
"Merdeka atau mati" bukan sekadar pilihan, melainkan sebuah identitas bangsa yang telah lama kita perjuangkan. Jadi, ketika kita mendengarnya, mari kita resapi dengan seutuhnya. Tidak ada ruang untuk mengambil jalan pintas, untuk hanya memilih yang nyaman. Karena sesungguhnya, nilai kemerdekaan hanya akan tetap utuh ketika kita memahaminya dengan kesatuan penuh: merdeka, dengan segala risiko yang menyertainya.
Jika ada yang berteriak "Merdeka atau Mati", jawablah "Merdeka atau Mati".
Selamat Hari Pahlawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H