Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengatasi "Zoning Out" Saat Membaca dengan "Sketchnoting"

31 Oktober 2024   17:50 Diperbarui: 31 Oktober 2024   17:52 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seni Memvisualkan Ide untuk Meningkatkan Fokus dan Pemahaman

Di era modern yang penuh distraksi ini, zoning out saat membaca bukan lagi hal yang aneh, melainkan sering terjadi pada banyak orang. Bagi sebagian pembaca, fokus pada buku, artikel, atau bahkan makalah ilmiah dapat menjadi tantangan besar. Beberapa dari kita mungkin pernah mendapati diri membaca berulang kali satu paragraf yang sama hanya karena pikiran terus melayang ke hal-hal lain. Bagi mereka yang menghadapi kesulitan ini, muncul pertanyaan: Adakah metode yang bisa membantu kita untuk tetap fokus dan sepenuhnya memahami apa yang kita baca?

Salah satu metode yang semakin populer adalah sketchnoting, juga dikenal sebagai visual note-taking. Metode ini menggabungkan elemen-elemen visual seperti sketsa, diagram, flowchart, simbol, dan bahkan anotasi teks dengan warna dan bentuk yang berbeda. Tidak hanya berguna dalam proses belajar, sketchnoting juga efektif bagi siapa saja yang ingin lebih fokus dan memahami materi bacaan secara mendalam. Tapi, mengapa teknik ini bisa begitu efektif dalam mengatasi masalah "zoning out"?

Contoh sketchnoting. (Sumber: atas ijin pemilik kolega penulis, Dwi Cahyo Prasetyo)
Contoh sketchnoting. (Sumber: atas ijin pemilik kolega penulis, Dwi Cahyo Prasetyo)

Sketchnoting: Membaca Tidak Lagi Monoton

Salah satu alasan utama mengapa sketchnoting dapat membantu fokus adalah karena ia memecah keterbatasan dari proses membaca yang hanya mengandalkan teks. Membaca dalam jangka waktu lama, terutama materi yang kompleks, bisa membuat pikiran terasa jenuh. Monotonnya teks sering kali membuat otak kita sulit terstimulasi, sehingga mudah mengalihkan perhatian.

Sketchnoting mengatasi ini dengan memperkenalkan elemen visual yang menarik. Dengan membuat sketsa atau menggambar alur ide, kita memberi warna dan dimensi pada informasi yang tadinya hanya berupa teks. Ini bukan hanya soal estetika—tindakan menuliskan dan menggambarkan sesuatu yang kita baca membuat otak lebih terlibat dalam proses. Daripada hanya membaca teks, kita secara aktif mengolahnya menjadi sesuatu yang bisa dilihat dan dipahami secara visual.

Selain itu, sketchnoting mengajak otak untuk bekerja secara sinkron di antara dua belahan otak. Otak kiri, yang biasanya lebih aktif dalam membaca dan menganalisis informasi, sekarang mendapat bantuan dari otak kanan yang lebih berperan dalam proses visualisasi dan kreativitas. Hasilnya adalah cara belajar yang lebih menyeluruh dan terintegrasi, sehingga membantu kita lebih mudah memahami informasi dan mengingatnya.

Visualisasi dan Pemahaman Mendalam

Sketchnoting juga memungkinkan kita untuk memahami bacaan secara lebih mendalam. Ketika kita membuat sketsa, kita dipaksa untuk memecah informasi menjadi elemen-elemen yang lebih sederhana dan menyusunnya dengan cara yang masuk akal. Proses ini memperjelas alur gagasan dalam teks, terutama dalam buku non-fiksi atau artikel ilmiah yang penuh dengan konsep abstrak dan argumen yang berurutan.

Misalnya, bayangkan Anda membaca buku tentang psikologi yang membahas teori motivasi manusia. Alih-alih hanya membaca teksnya, Anda bisa membuat diagram alur yang menggambarkan hubungan antara kebutuhan dasar manusia dan motivasi dalam perilaku. Dengan cara ini, Anda tidak hanya menghafal konsepnya, tetapi juga memahami bagaimana ide tersebut saling terhubung satu sama lain. Sketchnoting memungkinkan pembaca untuk “menyerap” informasi dengan cara yang lebih bermakna, bukan hanya membacanya secara pasif.

Contoh sketchnoting. (Sumber: atas ijin pemilik kolega penulis, Dasapta Erwin Irawan)
Contoh sketchnoting. (Sumber: atas ijin pemilik kolega penulis, Dasapta Erwin Irawan)

Melibatkan Lebih Banyak Indra untuk Mengatasi "Zoning Out"

Alasan lain mengapa sketchnoting efektif adalah karena metode ini melibatkan lebih dari satu indra. Dalam membaca biasa, kita hanya menggunakan penglihatan dan proses kognitif; sedangkan sketchnoting menambahkan aspek motorik melalui gerakan tangan saat menggambar atau menulis. Rangsangan ini membantu otak untuk tetap “aktif” sehingga mengurangi peluang “zoning out.”

Melibatkan lebih banyak indra dalam pembelajaran terbukti dapat meningkatkan fokus dan retensi informasi. Riset dalam bidang pendidikan menunjukkan bahwa belajar menggunakan metode multisensori (multisensory learning) lebih efektif daripada metode pembelajaran tunggal, terutama bagi mereka yang mudah terdistraksi. Sketchnoting merupakan contoh konkret dari teknik multisensori yang mudah diterapkan. Membuat sketsa atau diagram di tengah proses membaca bukan hanya membantu otak memproses informasi lebih cepat, tetapi juga menjaga agar perhatian kita tetap pada bahan bacaan yang ada.

Membantu Pembaca Mengontrol Alur Bacaan

Ada juga keuntungan tambahan dari sketchnoting dalam hal manajemen waktu dan alur bacaan. Saat membaca buku yang cukup panjang atau materi yang kompleks, ada kecenderungan untuk terburu-buru, terutama ketika kita merasa harus menyelesaikannya dalam waktu tertentu. Hal ini bisa membuat kita “kehilangan” informasi penting, dan sering kali, tanpa sadar, kita justru sedang melayang dan tidak benar-benar memahaminya.

Dengan sketchnoting, proses membaca menjadi lebih lambat tetapi lebih terkontrol. Setiap kali kita membuat sketsa atau menggaris alur ide, kita secara otomatis “menghentikan” sejenak aktivitas membaca dan memberi kesempatan bagi otak untuk mengolah informasi yang baru saja diperoleh. Sketchnoting mendorong kita untuk berhenti sejenak, merenung, dan berpikir tentang bagaimana informasi tersebut sesuai dalam konteks keseluruhan. Dengan demikian, alur bacaan tidak terganggu, melainkan dipandu agar pembaca tetap pada jalurnya.

Menyesuaikan Sketchnoting dengan Gaya Membaca Pribadi

Keunikan lain dari sketchnoting adalah fleksibilitasnya. Tidak ada aturan baku dalam sketchnoting; teknik ini bisa disesuaikan dengan preferensi pribadi. Beberapa orang mungkin lebih suka membuat mind map untuk memetakan hubungan antarkonsep, sementara yang lain mungkin lebih senang menggunakan diagram alur atau gambar ilustratif sederhana untuk menggambarkan proses atau urutan peristiwa. Ada pula yang lebih nyaman dengan corat-coret simbolis, warna-warna, atau bahkan grafik sederhana.

Metode ini bisa diadaptasikan pada kebutuhan dan gaya membaca masing-masing, membuatnya menjadi teknik yang tidak membosankan dan tetap menarik.

***

Sketchnoting atau visual note-taking bukan sekadar teknik mencatat, melainkan alat untuk mengatasi masalah fokus dan meningkatkan pemahaman. Bagi mereka yang sering “zoning out” saat membaca, sketchnoting bisa menjadi solusi praktis yang menyegarkan cara kita berinteraksi dengan bacaan. Dengan mengubah teks menjadi sketsa dan visual, kita tidak hanya membuat informasi lebih menarik dan mudah dicerna, tetapi juga membantu diri kita untuk tetap fokus, termotivasi, dan benar-benar memahami setiap kata yang kita baca. Sketchnoting bukan sekadar gaya mencatat; ia adalah cara untuk memahami lebih dalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun