Melibatkan lebih banyak indra dalam pembelajaran terbukti dapat meningkatkan fokus dan retensi informasi. Riset dalam bidang pendidikan menunjukkan bahwa belajar menggunakan metode multisensori (multisensory learning) lebih efektif daripada metode pembelajaran tunggal, terutama bagi mereka yang mudah terdistraksi. Sketchnoting merupakan contoh konkret dari teknik multisensori yang mudah diterapkan. Membuat sketsa atau diagram di tengah proses membaca bukan hanya membantu otak memproses informasi lebih cepat, tetapi juga menjaga agar perhatian kita tetap pada bahan bacaan yang ada.
Membantu Pembaca Mengontrol Alur Bacaan
Ada juga keuntungan tambahan dari sketchnoting dalam hal manajemen waktu dan alur bacaan. Saat membaca buku yang cukup panjang atau materi yang kompleks, ada kecenderungan untuk terburu-buru, terutama ketika kita merasa harus menyelesaikannya dalam waktu tertentu. Hal ini bisa membuat kita “kehilangan” informasi penting, dan sering kali, tanpa sadar, kita justru sedang melayang dan tidak benar-benar memahaminya.
Dengan sketchnoting, proses membaca menjadi lebih lambat tetapi lebih terkontrol. Setiap kali kita membuat sketsa atau menggaris alur ide, kita secara otomatis “menghentikan” sejenak aktivitas membaca dan memberi kesempatan bagi otak untuk mengolah informasi yang baru saja diperoleh. Sketchnoting mendorong kita untuk berhenti sejenak, merenung, dan berpikir tentang bagaimana informasi tersebut sesuai dalam konteks keseluruhan. Dengan demikian, alur bacaan tidak terganggu, melainkan dipandu agar pembaca tetap pada jalurnya.
Menyesuaikan Sketchnoting dengan Gaya Membaca Pribadi
Keunikan lain dari sketchnoting adalah fleksibilitasnya. Tidak ada aturan baku dalam sketchnoting; teknik ini bisa disesuaikan dengan preferensi pribadi. Beberapa orang mungkin lebih suka membuat mind map untuk memetakan hubungan antarkonsep, sementara yang lain mungkin lebih senang menggunakan diagram alur atau gambar ilustratif sederhana untuk menggambarkan proses atau urutan peristiwa. Ada pula yang lebih nyaman dengan corat-coret simbolis, warna-warna, atau bahkan grafik sederhana.
Metode ini bisa diadaptasikan pada kebutuhan dan gaya membaca masing-masing, membuatnya menjadi teknik yang tidak membosankan dan tetap menarik.
***
Sketchnoting atau visual note-taking bukan sekadar teknik mencatat, melainkan alat untuk mengatasi masalah fokus dan meningkatkan pemahaman. Bagi mereka yang sering “zoning out” saat membaca, sketchnoting bisa menjadi solusi praktis yang menyegarkan cara kita berinteraksi dengan bacaan. Dengan mengubah teks menjadi sketsa dan visual, kita tidak hanya membuat informasi lebih menarik dan mudah dicerna, tetapi juga membantu diri kita untuk tetap fokus, termotivasi, dan benar-benar memahami setiap kata yang kita baca. Sketchnoting bukan sekadar gaya mencatat; ia adalah cara untuk memahami lebih dalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H