Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mengatasi "Zoning Out" dengan Bahasa Ibu

31 Oktober 2024   15:41 Diperbarui: 31 Oktober 2024   16:08 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa pun yang gemar membaca, mungkin pernah merasakan momen ketika aliran kata yang ada di buku mendadak tak lagi terdengar. 

Pikiran tiba-tiba melayang ke mana-mana, hingga halaman-halaman pun berlalu tanpa pemahaman sedikit pun. 

Fenomena ini dikenal sebagai "zoning out," sebuah kondisi di mana fokus seakan terlepas dari alur bacaan, dan sering kali, kita harus memulai ulang dari awal untuk memahami apa yang sedang dibaca. 

Di era serba cepat ini, dengan aliran informasi yang tiada henti, fenomena ini semakin sering terjadi, terutama ketika membaca buku dalam bahasa asing seperti bahasa Inggris. 

Hal inilah yang pernah saya alami, yang akhirnya mendorong saya mencari cara agar bisa tetap fokus dan menikmati setiap kata yang tertulis.

Saya masih ingat saat pertama kali mencoba membaca buku berbahasa Inggris dalam format digital, atau e-book. 

Dengan rasa semangat, saya membuka halaman demi halaman, membayangkan diri ini akan segera menikmati petualangan baru di dalamnya. 

Namun, tidak lebih dari beberapa menit kemudian, saya mulai merasa seperti sedang mengayuh di atas perahu yang terbawa arus deras. 

Alih-alih terlarut dalam cerita, saya malah terseret dalam pikiran-pikiran yang jauh dari alur yang disajikan. 

Terkadang, saya memikirkan tugas-tugas yang belum selesai, hal-hal kecil yang tak ada hubungannya dengan bacaan, atau sekadar terhanyut oleh pikiran-pikiran random lainnya. 

Saya sering merasa kecewa, dan bertanya-tanya kenapa bacaan yang menarik itu justru membuat saya kehilangan fokus.

Di suatu sore, setelah beberapa kali mencoba tanpa hasil, saya memutuskan untuk berhenti sejenak dan meninjau ulang cara saya membaca. 

Akhirnya, saya menyadari satu hal penting: bahasa adalah kunci utama dalam menyerap informasi. 

Membaca dalam bahasa Inggris membutuhkan fokus yang lebih besar dibandingkan membaca dalam bahasa ibu, yaitu bahasa Indonesia. 

Ketika kita membaca dalam bahasa asing, tidak hanya alur cerita yang perlu dipahami, tetapi juga perlu menerjemahkan kata per kata yang terkadang memiliki nuansa tersendiri. 

Kesulitan inilah yang membuat pikiran lebih mudah terganggu dan melayang.

Sejak saat itu, saya mulai bereksperimen dengan menerjemahkan teks bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. 

Tentu saja, di era digital seperti sekarang, menerjemahkan buku bukanlah hal yang sulit. 

Banyak aplikasi atau perangkat lunak yang menawarkan penerjemahan cepat, bahkan untuk kalimat panjang sekalipun. 

Dengan begitu, saya bisa menikmati cerita atau informasi dalam bahasa ibu saya tanpa perlu terpaku pada usaha keras untuk menerjemahkan atau memahami struktur kalimat yang kompleks.

Di kesempatan berikutnya, saya pun membuka e-book dalam bahasa Inggris yang telah saya terjemahkan ke bahasa Indonesia. 

Dan benar saja, pengalaman membacanya berbeda jauh dari sebelumnya. Teks dalam bahasa ibu membuat bacaan terasa lebih ringan dan alur cerita lebih mengalir tanpa gangguan. 

Bahkan, perasaan "zoning out" yang biasanya muncul, mendadak hilang begitu saja.

Tidak ada lagi keinginan untuk mengulang halaman atau menelusuri paragraf sebelumnya. Setiap kalimat terasa lebih jelas, dan isi cerita semakin mudah dipahami.

Saya semakin yakin bahwa bahasa ibu memiliki peran penting dalam meningkatkan fokus dan pemahaman saat membaca.

Ini bukan hanya sekadar preferensi, tetapi lebih kepada kebutuhan mental kita yang membutuhkan kenyamanan dalam mencerna informasi. 

Membaca dalam bahasa ibu bukan hanya memperkaya pengalaman membaca, tetapi juga mencegah kita dari kebiasaan "zoning out" yang mengganggu. 

Dengan bahasa Indonesia, saya merasa lebih "dekat" dengan teks yang dibaca, dan ini mendorong rasa penasaran saya untuk terus melanjutkan bacaan tanpa perlu teralihkan oleh hal lain.

Tentu saja, dalam dunia yang semakin global, kemampuan berbahasa asing tetap penting. 

Namun, untuk menjaga konsentrasi saat membaca, terutama untuk materi yang cukup berat, membaca dalam bahasa ibu bisa menjadi solusi yang efektif. 

Apalagi, sekarang ini akses untuk menerjemahkan buku semakin mudah dan cepat. 

Dengan bantuan teknologi, kita bisa menikmati bacaan asing tanpa harus kehilangan esensinya.

Pengalaman pribadi ini membuat saya semakin menghargai bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu. 

Ada kenyamanan tersendiri yang saya rasakan ketika membaca dalam bahasa yang telah saya kenal sejak kecil.

Saya merasa lebih dekat dengan cerita yang disampaikan, seolah-olah ada jembatan yang menghubungkan saya dengan isi buku tersebut. 

Hal ini mengingatkan saya pada masa kecil, saat buku-buku dalam bahasa Indonesia menemani hari-hari saya. 

Saya bisa duduk berjam-jam, tenggelam dalam cerita tanpa gangguan sedikit pun.

Mungkin, jika Anda pernah mengalami fenomena "zoning out" saat membaca buku dalam bahasa asing, ada baiknya mencoba menerjemahkan buku tersebut ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa ibu Anda. 

Tidak ada salahnya untuk mencari kenyamanan terlebih dahulu sebelum menantang diri dengan bacaan berbahasa asing. 

Saya sendiri merasa lebih produktif, lebih menikmati bacaan, dan tentunya lebih memahami isi buku ketika membacanya dalam bahasa Indonesia. 

Pada akhirnya, apa yang kita baca bukan hanya tentang memperkaya pengetahuan, tetapi juga tentang menikmati prosesnya.

Dengan pengalaman ini, saya menemukan cara sederhana namun efektif untuk menjaga fokus saat membaca. 

Di tengah derasnya informasi yang mengalir tanpa henti, mungkin setiap dari kita membutuhkan sedikit "ruang" untuk kembali ke hal-hal yang paling familiar. 

Membaca dalam bahasa ibu mungkin bisa menjadi salah satu caranya, agar kita bisa terus melangkah tanpa terhalang oleh "zoning out" yang membuat kita tersesat di tengah-tengah halaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun