Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Paradoks Komunikasi Pemerintah dan Masyarakat

15 Oktober 2024   05:23 Diperbarui: 15 Oktober 2024   05:23 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penyampaian kebijakan pemerintah yang kabur. (Irancartoon.com) 

Saat ini, kebijakan yang baik tidak hanya ditentukan oleh seberapa komprehensif dan solid rancangan kebijakannya, tetapi juga seberapa efektif ia disampaikan kepada masyarakat. Kita sering melihat ironi di mana aturan-aturan pemerintah yang sebenarnya memiliki niat baik dan solusi konkret justru gagal dipahami oleh masyarakat yang menjadi objek kebijakan tersebut. Mengapa? Karena yang buram bukanlah aturan itu sendiri, tetapi cara penyampaiannya.

Kita bisa mengambil pelajaran dari kartun yang memperlihatkan seorang dokter mata dengan papan uji visual yang sangat jelas, namun justru dirinya, sang penyampai, yang terlihat kabur. Papan uji bisa diibaratkan sebagai kebijakan yang jelas dan rinci, sementara dokter yang kabur adalah metafora bagi penyampai kebijakan yang gagal menyampaikan pesan secara efektif. Ini adalah paradoks yang sering kita lihat dalam hubungan antara pemerintah dan masyarakat. Kebijakan dibuat dengan rinci, tetapi pesan inti tidak sampai ke masyarakat karena kelemahan dalam komunikasi dan transparansi. Paradoks inilah yang terus menciptakan kesenjangan informasi antara pemerintah dan warganya.

Kebijakan yang Baik, Tapi Buruk dalam Penyampaian

Sebagai masyarakat, kita tidak jarang mendengar tentang kebijakan-kebijakan baru yang diperkenalkan pemerintah---entah itu di bidang pendidikan, kesehatan, atau ekonomi. Kebijakan-kebijakan ini mungkin sudah dirancang dengan baik oleh para ahli, dilengkapi dengan analisis mendalam dan data pendukung. Namun, ketika kebijakan tersebut sampai di tangan masyarakat, seolah-olah ada jurang yang dalam antara apa yang dimaksudkan oleh kebijakan tersebut dan apa yang dipahami oleh masyarakat.

Seberapa sering kita mendengar keluhan tentang kebijakan yang dianggap tidak masuk akal atau terlalu sulit dipahami? Ini bukan selalu karena kebijakannya sendiri yang bermasalah, melainkan karena masyarakat tidak mendapatkan informasi yang tepat atau penjelasan yang memadai mengenai kebijakan tersebut. Pemerintah kadang-kadang menggunakan jargon teknis yang membingungkan, atau hanya memberikan pengumuman singkat tanpa memperhatikan bagaimana masyarakat akan menafsirkan informasi tersebut.

Situasi ini mirip dengan paradoks dalam kartun tadi: kita, masyarakat, diharapkan untuk melihat kebijakan dengan jelas, tetapi mereka yang seharusnya membantu kita memahami justru kabur dalam cara mereka menyampaikan pesan. Kesenjangan ini menghasilkan ketidakpercayaan dan kebingungan yang pada akhirnya mempengaruhi efektivitas kebijakan itu sendiri.

Pentingnya Keterbukaan dan Keterlibatan

Sebagai pengamat sosial, kita memahami bahwa masyarakat saat ini bukan hanya membutuhkan kebijakan yang tepat, tetapi juga penjelasan yang jelas. Dalam konteks ini, transparansi bukan hanya soal membuka informasi, melainkan memastikan bahwa informasi tersebut dapat diakses dan dimengerti oleh setiap lapisan masyarakat. Pemerintah harus menyadari bahwa bahasa dan media yang mereka gunakan untuk menyampaikan kebijakan memegang peranan penting dalam membentuk persepsi publik.

Contoh terbaik dari komunikasi kebijakan yang buruk adalah ketika kebijakan pajak atau program subsidi diluncurkan tanpa informasi yang cukup. Akibatnya, masyarakat bingung tentang siapa yang berhak, bagaimana cara mendapatkan manfaat, dan kapan kebijakan tersebut berlaku. Kebijakan yang awalnya dimaksudkan untuk membantu justru menciptakan masalah baru karena masyarakat tidak tahu bagaimana cara memanfaatkannya.

Di sinilah kita perlu menyoroti pentingnya keterlibatan masyarakat dalam proses penyusunan kebijakan. Kebijakan yang baik tidak hanya harus disusun secara top-down (dari atas ke bawah), tetapi juga bottom-up (dari bawah ke atas), di mana masyarakat dapat memberikan masukan sebelum kebijakan diluncurkan. Dengan melibatkan masyarakat dalam diskusi kebijakan sejak awal, pemerintah dapat memahami kekhawatiran, kebutuhan, dan harapan masyarakat, sehingga kebijakan yang dihasilkan lebih relevan dan mudah dipahami.

Tantangan dalam Penyampaian Kebijakan

Namun, kita juga harus mengakui bahwa menyampaikan kebijakan bukanlah hal yang mudah. Pemerintah sering kali dihadapkan pada tantangan besar dalam menyampaikan kebijakan ke berbagai lapisan masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan, akses informasi, dan pemahaman yang berbeda-beda. Selain itu, dengan kemajuan teknologi informasi, penyebaran berita palsu atau hoaks menjadi tantangan serius yang bisa merusak persepsi masyarakat terhadap kebijakan yang sebenarnya sudah baik.

Di sinilah peran media massa dan media sosial menjadi sangat penting. Sayangnya, kita sering kali melihat media sosial digunakan untuk menyebarkan informasi yang tidak akurat, memecah belah masyarakat, dan memperkeruh suasana. Pemerintah harus bijak dalam memanfaatkan media ini untuk menyebarkan informasi kebijakan yang akurat dan dapat dipercaya, serta melakukan upaya yang lebih proaktif untuk melawan penyebaran informasi palsu.

Harapan ke Depan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun