Ilustrasi satir tersebut, meskipun menyentuh dengan nada humor, adalah kritik yang sangat serius terhadap gaya kepemimpinan yang sering kita temui. Kita tidak butuh pemimpin yang hanya piawai dalam beretorika atau membuat janji-janji manis.
 Kita membutuhkan pemimpin yang memiliki ketajaman dalam mengambil keputusan, keberanian untuk bertindak, dan yang paling penting, kemampuan untuk merasakan penderitaan rakyatnya dan bertindak sesuai dengan kebutuhan mereka.
Kita, sebagai rakyat, tidak bisa terus berharap bahwa situasi akan berubah dengan sendirinya. Kitalah yang memiliki kekuatan untuk menuntut pemimpin yang lebih baik, pemimpin yang tidak hanya pandai bicara, tetapi juga pandai bertindak.
 Kita harus terus mengingatkan para pemimpin bahwa mereka ada di posisi tersebut bukan untuk kenyamanan mereka, tetapi untuk melayani kita, rakyat yang memilih mereka.
***
Dalam setiap krisis, seorang pemimpin harus mampu berada di tengah-tengah rakyatnya, bukan terpisah di atas "perahu" yang nyaman. Mereka harus siap basah oleh air hujan atau lumpur bencana bersama kita, bukan hanya menonton dari jauh sambil berdiskusi tentang apa yang harus dilakukan.Â
Karena pada akhirnya, pemimpin yang sejati adalah mereka yang berani terjun ke dalam air untuk menyelamatkan orang lain, bukan hanya berdiri di atas podium mengucapkan kata-kata kosong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H