Dalam konteks ini banyak yang mulai menganalisis: apakah perhatian pemerintah terhadap dosen merupakan strategi politik karena sektor pendidikan tinggi lebih mudah "dijual" sebagai pencapaian, atau apakah ini menunjukkan bias struktural dalam sistem pendidikan yang lebih menghargai pendidikan tinggi daripada pendidikan dasar? Bagaimana mungkin kita berharap kesenjangan antara kesejahteraan dosen dan guru membawa pulang pertanyaan paling mendasar mengenai prioritas kebijakan di bidang pendidikan. Di satu sisi, kita ingin membangun sumber daya manusia melalui pendidikan tinggi; di sisi lain, kita tampaknya mengabaikan fondasi pendidikan yang paling mendasar: guru. Mungkinkah kita berharap memiliki generasi muda yang kuat dan berkualitas ketika sebagian besar guru mereka hidup dalam utang dan kondisi yang memprihatinkan?
Hal ini membuat kita bertanya-tanya: bagaimana kita bisa mengharapkan masa depan pendidikan Indonesia yang lebih baik jika kesejahteraan guru, mereka yang berada di garis depan pendidikan, terus-menerus tidak diperhatikan dengan serius?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H