Memasuki tingkatan yang lebih tinggi, cinta berubah menjadi bentuk yang lebih intens, di mana perasaan kerinduan dan keterikatan mulai mengarah pada pengabdian total.Â
Pada tingkatan (An-Najwa), cinta menjadi kerinduan yang mendalam, sering kali dipendam dan tidak diungkapkan. Di sini, cinta bukan lagi hanya tentang interaksi atau komunikasi terbuka, tetapi lebih tentang perasaan yang menyelimuti seseorang dalam keheningan. Ada kesedihan mendalam yang terpendam di balik cinta ini, mungkin karena jarak, ketidakmungkinan, atau bahkan pengorbanan.
Tingkatan berikutnya, (Asy-Syaqw), memperdalam rasa kerinduan itu menjadi kebutuhan yang lebih besar untuk bersatu dengan orang yang dicintai. Pada titik ini, cinta telah tumbuh menjadi sesuatu yang sangat kuat, di mana seseorang merasa sangat membutuhkan kehadiran orang yang mereka cintai. Ini menunjukkan bagaimana cinta bisa begitu mengakar dalam jiwa seseorang hingga kerinduan itu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Kemudian ada (Al-Washab), di mana cinta mulai memengaruhi fisik seseorang. Rasa cinta yang sangat mendalam ini menciptakan penderitaan fisik yang nyata, mungkin karena perpisahan atau ketidakmampuan untuk bersatu. Ini menggambarkan cinta yang melampaui batas emosional, merambah ke ranah fisik.Â
Penderitaan karena cinta menjadi sangat nyata dan dapat merusak kesehatan seseorang. Pada tahap ini, cinta tidak lagi hanya dirasakan secara emosional, tetapi secara fisik, menggambarkan betapa kuatnya pengaruh cinta terhadap tubuh dan jiwa.
(Al-Istikanah) menggambarkan penerimaan dan ketundukan total kepada cinta. Di sini, seseorang sepenuhnya menyerah kepada cinta tanpa ada lagi perlawanan atau keraguan. Ini adalah bentuk cinta yang melibatkan pengabdian total, di mana seseorang rela memberikan segalanya demi cinta yang mereka rasakan. Tidak ada lagi penolakan atau keraguan; cinta telah menjadi bagian integral dari diri mereka.
Pada tingkatan (Al-Wudd), cinta menjadi lebih lembut dan penuh kasih sayang. Ini bukan lagi tentang hasrat atau keinginan yang mendominasi, tetapi tentang kedamaian, perhatian, dan kenyamanan yang datang dari cinta.Â
Hubungan di sini lebih matang dan stabil, di mana kedua belah pihak merasakan kasih sayang yang mendalam dan saling peduli. Al-Wudd adalah bentuk cinta yang damai, yang menunjukkan kedekatan emosional dan ikatan yang kuat antara dua orang.
(Al-Khullah) menandai bentuk cinta yang tak terpisahkan, di mana dua orang merasa begitu terhubung satu sama lain hingga mereka tidak bisa dipisahkan. Ini adalah tahap di mana cinta telah tumbuh menjadi sesuatu yang begitu mendalam sehingga batas antara individu mulai kabur. Kedua orang ini tidak hanya terikat secara emosional, tetapi juga secara eksistensial, merasa seolah-olah mereka adalah bagian dari satu entitas yang sama.
Akhirnya, puncak dari semua ini adalah (Al-Gharam) dan (Al-Hiyam). Al-Gharam adalah cinta yang obsesif dan tidak dapat dihindari. Seseorang merasa tenggelam dalam cinta yang tidak terelakkan, penuh dengan intensitas yang tak tertandingi. Al-Hiyam adalah puncak dari cinta, ketika seseorang benar-benar mabuk cinta, kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Ini adalah cinta yang paling murni, penuh dengan pengorbanan dan dedikasi total, tanpa ada lagi ruang untuk akal sehat atau logika.
Tingkatan-tingkatan akhir ini menunjukkan bahwa cinta, pada akhirnya, bisa menjadi kekuatan yang sangat menguasai dan menentukan hidup seseorang. Dari cinta yang paling sederhana hingga cinta yang paling mendalam dan penuh pengorbanan, cinta memiliki kekuatan untuk membentuk dan bahkan menghancurkan diri seseorang.Â