Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Disparitas Upah Minimum Pekerja di Asia Tenggara

29 September 2024   12:05 Diperbarui: 29 September 2024   12:10 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Upah Minimum di Asia Tenggara: Sebuah Perspektif

Dalam kajian ekonomi makro dan pembangunan, pentingnya upah minimum dalam menjamin kesejahteraan pekerja tidak dapat diabaikan. Upah minimum yang rendah sering kali mencerminkan tantangan ekonomi yang lebih luas, seperti ketidaksetaraan pendapatan dan tingkat kemiskinan yang tinggi. Faktanya, negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Filipina, Indonesia, dan Vietnam, menunjukkan variasi yang signifikan dalam penetapan upah minimum yang memengaruhi standar hidup pekerja.

Di Filipina, data menunjukkan bahwa upah minimum bulanan berkisar antara USD 158, sebuah angka yang menunjukkan perjuangan untuk mencapai kesejahteraan yang lebih baik bagi para pekerja di sektor swasta. Sementara itu, di Indonesia, upah minimum varian terendah yang tercatat adalah sebesar Rp2.036.947 atau sekitar USD 140 per bulan di Jawa Tengah, menggambarkan disparitas yang mencolok antara berbagai wilayah dalam negeri tersebut.

Vietnam, di sisi lain, mengimplementasikan dua struktur upah minimum yang berbeda antara pekerja publik dan swasta, dengan nilai minimum bulanan bagi pekerja publik hanya sekitar USD 73. Upah minimum regional untuk karyawan swasta berkisar antara USD 140 hingga USD 202, menunjukkan sebuah upaya untuk menyesuaikan dengan kondisi ekonomi lokal yang berbeda-beda.

Data tersebut membuka wawasan penting tentang bagaimana kebijakan upah minimum dapat mencerminkan kondisi ekonomi makro sebuah negara dan menentukan arah kebijakan pembangunan ekonomi ke depan. Perbandingan antarnegara di kawasan ini juga menunjukkan bagaimana kebijakan ekonomi yang berbeda dapat membentuk dinamika pasar kerja yang berbeda pula.

Infografis upah minimum beberapa negara. (Sumber: Seasia.co)
Infografis upah minimum beberapa negara. (Sumber: Seasia.co)

Selanjutnya, adalah esensial untuk memahami bahwa peningkatan upah minimum harus diiringi dengan kebijakan ekonomi makro yang memadai untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Penetapan upah minimum yang lebih tinggi dapat berfungsi sebagai salah satu alat untuk mengurangi ketimpangan, namun harus dikombinasikan dengan kebijakan lain seperti pendidikan dan pelatihan kerja, kesehatan, dan kebijakan sosial yang memadai untuk menciptakan efek yang holistik dan berkelanjutan.

Di tengah tantangan ini, penting bagi para pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari kebijakan upah minimum terhadap ekonomi dan masyarakat. Kajian dan data yang lebih mendalam dan terkini akan sangat bermanfaat dalam merumuskan kebijakan yang tidak hanya berfokus pada peningkatan angka nominal upah, tapi juga pada peningkatan kualitas hidup pekerja secara keseluruhan.

Strategi Peningkatan Upah Minimum: Pelajaran dari Asia Tenggara

Mengatasi tantangan upah minimum rendah di negara-negara Asia Tenggara membutuhkan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai kebijakan publik. Dari analisis data dan kebijakan yang ada, beberapa langkah strategis dapat direkomendasikan untuk memperbaiki kondisi upah dan kesejahteraan pekerja di Filipina, Indonesia, dan Vietnam.

Pertama, peningkatan upah minimum harus disertai dengan pengawasan dan penegakan hukum yang ketat untuk memastikan kepatuhan yang luas. Data dari Vietnam menunjukkan bahwa meskipun terdapat upah minimum regional yang bervariasi, penerapan dan pengawasannya masih menjadi tantangan, mengingat perbedaan kondisi ekonomi lokal.

Kedua, perlu ada peningkatan kapasitas ekonomi daerah melalui investasi di sektor-sektor strategis yang dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan membayar upah yang layak. Di Indonesia, misalnya, terdapat upaya untuk meningkatkan upah minimum, tetapi ini harus diiringi dengan pertumbuhan industri dan jasa yang dapat memberikan lapangan kerja yang lebih baik.

Ketiga, perlunya reformasi fiskal yang memungkinkan pemerintah mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk kebijakan sosial seperti pendidikan dan kesehatan. Hal ini penting karena upaya meningkatkan upah minimum akan lebih efektif jika didukung oleh peningkatan kapasitas dan produktivitas pekerja. Sebagai contoh, Malaysia telah menunjukkan kemajuan dalam meningkatkan upah minimum sambil meningkatkan kualitas pendidikan dan infrastruktur yang mendukung produktivitas pekerja.

Keempat, integrasi kebijakan upah minimum dengan strategi pengembangan ekonomi yang lebih luas seperti perbaikan infrastruktur, akses ke modal, dan dukungan untuk usaha kecil dan menengah. Hal ini akan membantu menciptakan lingkungan bisnis yang lebih kondusif untuk pertumbuhan ekonomi dan peningkatan upah.

***

Kesimpulannya, penanganan masalah upah minimum di Asia Tenggara tidak hanya terbatas pada peningkatan angka nominal upah, tetapi juga pada pemahaman yang lebih mendalam tentang struktur ekonomi dan dinamika pasar kerja lokal. Dengan pendekatan yang komprehensif dan terkoordinasi, negara-negara di kawasan ini dapat melangkah menuju pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, yang pada akhirnya akan meningkatkan standar hidup para pekerjanya. Kesadaran ini harus menjadi fokus bagi para pembuat kebijakan dalam merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan yang efektif untuk memperbaiki kondisi upah dan kesejahteraan pekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun