Dalam konteks global, Teng dan Das (2008) menyarankan bahwa perusahaan internasional harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti perbedaan budaya dan peraturan hukum yang berlaku di negara mitra saat membentuk aliansi. Aliansi lintas negara dapat menghadapi hambatan seperti hukum anti-monopoli, regulasi perdagangan, dan isu keamanan nasional, yang semua ini membutuhkan penanganan yang detail dan hati-hati.
Melihat dari berbagai aspek ini, jelas bahwa sementara aliansi strategis menawarkan jalur yang menjanjikan untuk pertumbuhan dan inovasi, mereka juga memerlukan perencanaan yang matang dan manajemen yang efisien. Dengan strategi yang tepat, perusahaan dapat meminimalkan risiko dan memaksimalkan keuntungan dari kolaborasi ini.
***
Dalam merumuskan dan menjalankan aliansi strategis, penting bagi perusahaan untuk tidak hanya fokus pada keuntungan jangka pendek tetapi juga mempertimbangkan keberlanjutan dan inovasi jangka panjang. Kerjasama yang dibangun dengan landasan kepercayaan dan komitmen bersama dapat memberikan hasil yang lebih stabil dan berkelanjutan.
Sebagai strategi penutup, perusahaan harus mengimplementasikan sistem monitoring dan evaluasi yang efektif. Ini tidak hanya akan membantu dalam mengidentifikasi dan mengatasi masalah pada tahap awal tetapi juga dalam menilai efektivitas aliansi secara keseluruhan. Vattikoti dan Razak (2018) menunjukkan bahwa evaluasi berkelanjutan membantu dalam mengoptimalkan sumber daya dan meningkatkan inovasi dalam kerjasama.
Selanjutnya, adaptabilitas dan fleksibilitas dalam aliansi menjadi kunci, terutama dalam menghadapi perubahan pasar yang cepat. Aliansi yang mampu menyesuaikan diri dengan kondisi pasar dan teknologi baru akan lebih mampu mempertahankan relevansi dan keunggulan kompetitif. Demirkan dan Demirkan (2014) menyarankan agar perusahaan dalam aliansi secara proaktif mencari inovasi dan peningkatan proses untuk menjaga keunggulan kompetitif mereka.
Akhirnya, keterlibatan aktif dari semua pihak dalam aliansi strategis adalah esensial. Keterlibatan ini harus melampaui tingkat manajemen dan mencakup tim yang bekerja langsung dalam proyek-proyek aliansi, memastikan bahwa visi dan tujuan aliansi dipahami dan diusahakan oleh semua yang terlibat.
Aliansi strategis, ketika dijalankan dengan benar, tidak hanya memperkuat posisi pasar tetapi juga membuka pintu untuk inovasi dan pertumbuhan berkelanjutan. Melalui kolaborasi yang efektif, perusahaan dapat menciptakan nilai yang lebih besar, tidak hanya bagi pemangku kepentingan internal tetapi juga bagi pelanggan dan masyarakat secara umum.
Referensi
- Arslan, O., Archetti, C., Jabali, O., & Speranza, M. G. (2020). Minimum cost network design in strategic alliances. Omega (United Kingdom). https://doi.org/10.1016/j.omega.2019.102221
- Vattikoti, K., & Razak, A. (2018). An empirical study on strategic alliances of multi-national companies in the modern Global Era-A select case study. Academy of Strategic Management Journal, 17(4), 1-13.
- Demirkan, S., & Demirkan, I. (2014). Implications of strategic alliances for earnings quality and capital market investors. Journal of Business Research. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2014.03.015
- Teng, B.-S., & Das, T. K. (2008). Governance structure choice in strategic alliances: The roles of alliance objectives, alliance management experience, and international partners. Management Decision. https://doi.org/10.1108/00251740810863856
- Comino, S., Mariel, P., & Sandons, J. (2007). Joint ventures versus contractual agreements: An empirical investigation. Spanish Economic Review. https://doi.org/10.1007/s10108-006-9009-0
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H