Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika Cinta Sakit dan Ada Obatnya, Bisakah Cinta Disembuhkan?

8 September 2024   23:35 Diperbarui: 8 September 2024   23:50 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ketika cinta sedang sakit dan perlu obat. (Freepik.com)

Dengan begitu, ketika cinta hilang, seperti yang dialami oleh Bertrand Russell terhadap istrinya Alys Pearsall Smith, tidak ada kewajiban moral yang secara langsung terkait dengan perasaan tersebut, meskipun hubungan tetap memiliki tanggung jawab tertentu.

Namun, Hartford dan Stein juga menggali kemungkinan adanya perubahan dalam dinamika moral ini dengan hadirnya obat-obatan yang mampu memanipulasi emosi. 

Misalnya, obat-obatan seperti MDMA, psilocybin, atau terapi oksitosin mulai digunakan dalam beberapa pengaturan untuk mengatasi masalah hubungan. 

Pada tahun 2023, sekitar 15% dari pasangan yang mengalami masalah hubungan dilaporkan menggunakan metode farmakologis untuk mencoba memperbaiki hubungan mereka. 

Ini memunculkan pertanyaan apakah ada kewajiban moral bagi seseorang untuk mencoba memperbaiki perasaannya, terutama dalam konteks hubungan yang bernilai tinggi, seperti pernikahan jangka panjang atau hubungan dengan anak-anak.

Hartford dan Stein menyoroti bahwa teknologi ini, meskipun menawarkan cara untuk memperbaiki perasaan atau memperkuat ikatan, juga menghadirkan dilema etis. 

Misalnya, apakah seseorang bisa diwajibkan untuk menggunakan "love drugs" guna memenuhi kewajiban emosional mereka dalam hubungan? 

Jika obat-obatan semacam itu bisa meningkatkan cinta yang hilang, apakah ini akan mengubah cara kita melihat tanggung jawab moral seseorang dalam menjaga hubungan?

Sebagian besar dari kita mungkin merasa tidak nyaman dengan gagasan bahwa perasaan yang paling pribadi, seperti cinta, dapat dimanipulasi dengan cara ini.

Hartford dan Stein juga membahas kemungkinan adanya kewajiban moral baru yang muncul dari akses terhadap teknologi tersebut. 

Sebagai contoh, jika seseorang memiliki kewajiban untuk menjaga hubungan keluarga demi kesejahteraan anak-anak, maka apakah kewajiban ini meluas hingga melibatkan penggunaan obat cinta untuk mempertahankan hubungan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun