Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Memahami Dampak Jangka Panjang Parentifikasi dalam Kesehatan Mental

7 September 2024   01:40 Diperbarui: 7 September 2024   01:41 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pekerja anak. (Sumber: Kompas.com)

Penelitian yang dilakukan oleh Eleni Jelastopulu dan Konstantina Anna Tzoumerka pada tahun 2013 mengeksplorasi dampak krisis ekonomi terhadap fenomena parentifikasi, suatu kondisi di mana anak mengambil peran sebagai orang tua dalam keluarga. 

Artikel ini, dipublikasikan dalam Universal Journal of Psychology, menggunakan metodologi kualitatif melalui wawancara semi-terstruktur untuk mengumpulkan data dari enam partisipan dari Yunani dan Siprus, yang berusia antara 23 hingga 26 tahun. 

Temuan menunjukkan bahwa krisis ekonomi memperdalam masalah identitas, konflik, eskapisme, dan depresi di kalangan dewasa yang mengalami parentifikasi saat masih anak-anak. 

Meskipun ukuran sampel yang kecil membatasi generalisasi hasil, studi ini memberikan wawasan berharga tentang bagaimana kondisi ekonomi mempengaruhi dinamika keluarga dan kesejahteraan psikologis individu yang parentifikasi.

***

Dalam konteks yang lebih mendalam, penelitian oleh Jelastopulu dan Tzoumerka mengungkapkan bahwa parentifikasi---di mana anak-anak mengambil alih tanggung jawab orang tua---dapat meninggalkan bekas luka psikologis yang mendalam yang bisa diperburuk oleh tekanan ekonomi. 

Data yang dianalisis menunjukkan bahwa partisipan mengalami hilangnya identitas diri, terperangkap dalam konflik keluarga, menggunakan eskapisme sebagai mekanisme coping, dan mengalami gejala depresi. 

Krisis ekonomi tidak hanya memperberat beban emosional yang sudah ada sejak masa kanak-kanak tetapi juga memperburuk kondisi psikologis mereka saat menghadapi krisis sebagai dewasa.

Dari perspektif teoretis, penelitian ini mengaitkan fenomena parentifikasi dengan teori attachment yang mengatakan bahwa anak yang parentifikasi cenderung mengembangkan gaya attachment yang tidak sehat. 

Ini karena mereka seringkali dipaksa untuk menekan kebutuhan mereka sendiri demi memenuhi kebutuhan emosional orang tua atau anggota keluarga lainnya. 

Sebagai hasilnya, ini dapat menimbulkan masalah interpersonal yang berkepanjangan dan masalah kejiwaan seperti kecemasan dan depresi.

Temuan ini menegaskan pentingnya intervensi psikologis dan dukungan emosional bagi mereka yang telah mengalami parentifikasi, terutama selama periode krisis ekonomi yang menambah beban pada mereka yang sudah rentan.

Secara lebih luas, penelitian ini menyarankan bahwa intervensi oleh profesional kesehatan mental seharusnya mempertimbangkan latar belakang parentifikasi ketika menangani klien yang mengalami krisis ekonomi. 

Ini penting karena individu yang parentifikasi mungkin memiliki sumber daya coping yang lebih terbatas dan lebih rentan terhadap gangguan psikologis akibat tekanan ekonomi yang berkelanjutan. 

Oleh karena itu, pengembangan program dan kebijakan yang mengakui dan mengatasi kedua aspek---parentifikasi dan dampak psikologis krisis ekonomi---sangat diperlukan untuk mendukung pemulihan dan kesejahteraan jangka panjang mereka yang terdampak.

Ulasan ini tidak hanya memberikan wawasan ke dalam kompleksitas pengalaman parentifikasi di bawah tekanan ekonomi tetapi juga mempertajam pemahaman kita tentang dinamika keluarga yang dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal yang saling berkaitan. 

Ini menunjukkan betapa pentingnya pendekatan yang komprehensif dan sensitif terhadap konteks dalam praktik psikoterapi dan intervensi sosial.

***

Penelitian yang dilakukan oleh Jelastopulu dan Tzoumerka membuka wawasan penting mengenai dampak psikologis jangka panjang dari parentifikasi, terutama ketika dikombinasikan dengan tekanan ekonomi. 

Temuan mereka menekankan kebutuhan mendesak untuk intervensi yang dirancang secara spesifik yang tidak hanya mengatasi gejala depresi dan kecemasan, tetapi juga mengakar pada penyebab dasar psikologis yang berasal dari pengalaman parentifikasi. 

Lebih jauh, ini menggarisbawahi pentingnya pendekatan yang berfokus pada trauma dalam layanan kesehatan mental, terutama bagi mereka yang mengalami perubahan peran dalam keluarga selama krisis ekonomi.

Dari perspektif kebijakan, temuan ini harus mendorong pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan pengembangan program pendidikan dan dukungan psikologis yang lebih inklusif dan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, terutama yang rentan mengalami parentifikasi. 

Program-program tersebut harus dirancang untuk meningkatkan ketahanan individu dan keluarga dalam menghadapi krisis ekonomi sambil mendukung mereka untuk memproses dan mengatasi pengalaman masa lalu yang traumatis.

Secara keseluruhan, penelitian ini tidak hanya memperkuat literatur yang ada tentang parentifikasi dan dampaknya terhadap kesehatan mental, tetapi juga menggambarkan bagaimana kondisi ekonomi dapat memperburuk masalah psikologis yang sudah ada. 

Ini menunjukkan bahwa pemulihan dari parentifikasi bukan hanya perjalanan pribadi tetapi juga membutuhkan dukungan struktural dan komunitas yang kuat. 

Oleh karena itu, sangat penting bagi para profesional kesehatan mental untuk terus mengadvokasi dan menyediakan layanan yang mengakui kompleksitas pengalaman seperti parentifikasi, terutama dalam konteks krisis ekonomi global saat ini.

Referensi

Jelastopulu, E., & Tzoumerka, K. A. (2013). The effects of economic crisis on the phenomenon of parentification. Universal Journal of Psychology, 1(3), 145-151. https://doi.org/10.13189/ujp.2013.010307

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun